“Ini mungkin akan menjadi video terakhir saya. Lebih dari 50.000 warga sipil yang memberontak terhadap diktator Asad, terancam dieksekusi atau sekarat di bawah pengeboman,” ujar aktivis di Aleppo timur, Lina Shamy, dalam sebuah video yang ia bagikan di Twitter.
Terdapat sejumlah laporan bahwa pasukan pro-rezim telah melakukan eksekusi massal dalam beberapa waktu terakhir, saat pertempuran sengit terjadi sebagai upaya untuk merebut kembali Aleppo. Seorang aktivis dan guru Bahasa Inggris di Aleppo timur, Abdulkafi al-Hamdo, membagikan video Periscope di Twitter dan mengatakan ia telah putus asa terhadap komunitas internasional.
Sebelumnya, Mei 2016 lalu Ulama Alawiyin, minoritas pro-rezim Bashar Asad mengeluarkan fatwa warga sipil di kota Aleppo harus dimusnahkan. Fatwa itu muncul dari ulama bernama Ahmad Badr Al-Hassoun.
“Saya menyerukan ‘Tentara Suriah’ untuk menunjukkan kemarahan kita dan saya juga menyerukan pemimpin kami untuk menunjukkan kemarahan kepada kita kemarahan mereka dengan memusnahkan penjahat tersebut,” katanya yang menganggap warga di Aleppo sebagai penjahat.
Sebuah respon
Ini adalah tindakan kriminal besar, horor kekejaman dan pembantaian di Aleppo dan Suriah harus diakhiri. Amerika membentuk koalisi sejumlah negara untuk memusnahkan kaum Muslim dengan dalih memerangi terorisme. Terhadap Aleppo, pemimpin dunia Muslim, selalu menanggalkan kewajiban aqidah dan moral untuk melindungi warga sipil Muslim yang tak bersalah. Itu merupakan pengkhianatan kepada Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukmin. Aksi brutal selalu menyertai mereka dimana mereka ada. Mereka sepakat memerangi Islam dan pemeluknya. Inilah kebiasaan musuh-musuh Islam.
Hal terbesar yang telah membuat sengsara umat adalah adanya para penguasa bodoh (ar-ruwaibidlah) yang berbicara tentang urusan umat, namun sama sekali tidak untuk melayani kepentingan umat. Mereka adalah orang-orang yang terpisah jauh dari pemikiran dan perasaan umatnya. Sehingga mereka mengasingkan diri mereka sendiri. mereka melihat semua persoalan dari perspektif Barat, seperti seruan mereka untuk menjaga keamanan dan stabilitas internasional. Ide seperti ini sudah sering digunakan Barat untuk memaksakan dominasinya atas dunia guna memperlemah yang lain dengan dalih keseimbangan internasional, perdamaian dan keamanan internasional.
Pada kenyataannya, PBB tak lebih dari alat yang digunakan oleh lima anggota tetap Dewan Keamanan (AS, Rusia, Inggris, Perancis, dan China) untuk mengamankan kebijakan luar negerinya masing-masing. Masalah sebenarnya berakar pada konsep hukum internasional yang berlaku, yang pada hakikatnya tidak pernah berlaku. Hukum internasional sekarang, berlaku hanya sebagai norma dan adat internasional, bukan hukum. Penegakkan hukum internasional harus bisa berlaku secara global, pada skala supra-nasional. Karena pada hakikatnya hukum ini tidak berjalan, kita hanya bisa berharap bahwa negara-negara kebangsaan ini membuka mata lebar-lebar terhadap berbagai peraturan lembaga-lembaga internasional yang mengikat mereka (cf. Waltz. K. 1979. ‘A Theory of International Politics’).
Kaum Muslim tidak boleh tertipu oleh seruan-seruan penyesatan yang akan memalingkan dari solusi sebenarnya. Kewajiban kaum muslim adalah mengerahkan pasukan besar tentara guna memerdekakan Suriah dari pembantaian. Senjata kita adalah ikatan Islam ideologis yang menghubungkan kaum Muslim dari seluruh dunia dan tidak dapat dirusak oleh apapun yang dilakukan oleh orang-orang kafir, meski mereka sangat membencinya. Namun kemenangan tidak datang sendiri, karena itu perlu bagi umat Islam untuk bersatu, berusaha, berjuang, dan bekerja keras untuk mencapai pintu kemenangan, doa dan keyakinan bahwa Allah SWT akan memberikan kemenangan kepada kita dalam bentuk Khilafah yang berlandaskan metode kenabian. Menegakkan kewajiban agung yang akan mengusung kebaikan Islam ke seuruh penjuru bumi, melantangkan kebenaran sebagai seruan kepadanya meski banyak rencana disusun menentangnya dalam bentuk tuduhan palsu, penyesatan, ancaman dan penyerangan. Khilafah yang dipimpin oleh Khalifah yang independen dan adil, bebas dari belenggu perbudakan Barat, tidak akan membiarkan tentaranya berdiri diam sementara darah umat Islam ditumpahkan.
Akhirnya, kami menuntut pertanggungjawaban kepemimpinan Muslim yang cacat saat ini atas kelalaian mereka untuk bertindak tegas dan cepat, melindungi darah umat Islam secara internasional adalah tanggung jawab mereka. Kami menyeru generasi umat dari setiap kekuatan untuk setia menjalankan syariah Allah, menghentikan makar dan kejahatan kaum kuffar dan antek-anteknya. Menyeru untuk bergerak mewujudkan pemimpin adil yang mengeluarkan para tentara dari barak-barak mereka, memenuhi gelegak aliran darah mereka, dan memobilisasi mereka untuk menghentikan kebrutalan diktator Suriah dan para penjajahl di muka bumi.
Umar Syarifudin – Syabab Hizbut Tahrir Indonesia, pengamat politik Internasional
(*/arrahmah.com)