DAMASKUS (Arrahmah.com) – Enam kelompok Mujahidin terkuat di Suriah mengumumkan pada Jum’at (22/11/2013) penyatuan mereka menjadi satu organisasi dalam upaya untuk mengkonsolidasikan kekuatan mereka melawan tentara rezim kafir Suriah yang didukung oleh Iran, militan Syi’ah “hizbullah” dan militan Syi’ah asal Irak.
“Alhamdulillah, penggabungan lengkap dari faksi militer besar di Suriah telah diumumkan,” ujar juru bicara Liwa at-Tauhid, Abu Firas dalam sebuah posting di Facebook seperti dilaporkan Al Arabiya.
Kelompok-kelompok tersebut bergabung setelah syahidnya (in syaa Allah) pemimpin militer kharismatik Liwa at-Tauhid yang telah menyeru untuk pembentukan aliansi.
Menurut Abu Firas, setelah bergabung, diperkirakan pasukan Mujahidin mencapai 45.000 orang yang dahulunya berasal dari kelompok Liwa at-Tauhid, Ahrar asy-Syam, Army of Islam, Suquor as-Syam, Liwa al-Haq dan Batalion Ansar asy-Syam.
“Front Islam (Jabhah Islam) adalah militer independen dan tentara sosial yang bertujuan menggulingkan rezim Assad di Suriah dan menggantinya dengan negara Islam,” ujar kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Al Jazeera.
Semua kelompok bergabung di bawah bendera tauhid (Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah), ujar Abu Firas.
Berbicara kepada AFP melalui internet, Abu Firas mengatakan, pintu terbuka untuk semua faksi militer dan komite bekerja untuk mempelajari pintu masuk semua dari semua kelompok yang juga ingin bergabung.
“Telah diputuskan bahwa seluruh faksi militer, media, bantuan kemanudiaan dan administrasi akan bergabung selama masa transisi tiga bulan,” tambahnya.
Charles Lister, seorang pengamat di IHS Jane menyebut penggabungan tersebut sebagai “perkembangan yang sangat signifikan,” menurut laporan AP.
“Kelompok-kelompok ‘pemberontak’ Islam yang paling kuat secara militer telah efektif memaksa mereka bersatu,” tulis Lister dalam analisisnya.
Ia juga mengatakan, Front Islam tidak akan memiliki hubungan dengan Koalisi Nasional Suriah yang didukung Barat. Koalisi tersebut pengaruhnya terus mengikis saat front Islam terus menjauh dari kelompok yang berbasis di Turki. (haninmazaya/arrahmah.com)