ALGIER (Arrahmah.com) – Sumber pada militer rezim sekuler Aljazair mengatakan kepada stasiun TV Al-Arabiya pada Rabu (8/5/2013) bahwa tentara Aljazair tidak terlibat dalam operasi penyerangan di kawasan pegunungan Sya’anabi, perbatasan Tunisia-Aljazair.
Sumber militer Aljazair itu mengatakan, “Apa yang saat ini terjadi adalah murni urusan Tunisia. Bagi Aljazair, kami telah mengambil langah-langkah keamanan sebagai preventif dan defensive. Tidak seorang pun tentara Aljazair bisa memasuki wilayah perbatasan negara tetangga.”
Jajaran pimpinan militer Aljazair menyatakan hal itu sebagai bantahan atas tuduhan pemimpin kelompok salafi Tunisia. Pada Senin (6/5/2013) lalu media massa Tunisia dan pimpinan gerakan salafi Tunisia menyatakan tentara Aljazair terlibat dalam serangan terhadap para “mujahidin Islam” di wilayah perbatasan Tunisia-Aljazair.
Tentara Tunisia selama beberapa hari terakhir mengejar dan menyerang para aktivis salafi di wilayah pegunugan Sya’anabi. Departemen Dalam Negeri dan Departemen Pertahanan Tunisia pada Selasa (7/8/2013) mengklaim sedang mengejar para “teroris” yang memiliki kaitan dengan Al-Qaeda. Itu adalah pertama kalinya secara resmi rezim Tunisia mengakui adanya “teroris” Al-Qaeda di Tunisia.
Selama beberapa hari terakhir tentara Nasional Tunisia dan Garda Republik Tunisia mengepung dua kelompok “teroris Islam”. Satu kelompok berjumlah 15 orang dikepung dan diburu di kawasan Al-Kaf. Kelompok lainnya berjumlah 20 orang dikepung dan diburu di kawasan Sya’anabi, wilayah Qasrin.
Juru bicara resmi Departemen Dalam Negeri Tunisia, Muhammad Ali al-Arawi, mengatakan kepada para wartawan bahwa “sejumlah teroris” itu terkait dengan Brigade Uqbah bin Nafi’, bagian dari kelompok Al-Qaeda Negeri Maghrib Islam. “Kami telah berhasil mengisolasi mereka dan menangkap orang-orang yang menyuplai makanan mereka.”
Dalam jumpa pers pada Selasa, al-Arawi juga mengungkapkan bahwa aparat keamanan Tunisia telah menangkap 37 aktivis Islam yang dianggap memiliki kaitan dengan jaringan Al-Qaeda. “Aparat keamanan telah berhasil mengagalkan upaya kelompok teroris untuk mengacaukan keamanan Negara,” klaim al-Arawi.
Rezim sekuler Tunisia menyumbangkan anggara dana miliaran dolar untuk mendukung invasi salibis penjajah Perancis di Mali Utara. Gerakan salafi yang menuntut penegakan syariat Islam di Tunisia sampai saat ini semakin marak. (muhibalmajdi/arrahmah.com)