BAKU (Arrahmah.com) – Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan pada Jumat (4/12/2020) menambahkan bahwa Turki dan Rusia memainkan peran penting terkait implementasi kesepakatan gencatan senjata.
Berbicara melalui konferensi video pada hari kedua sesi khusus Majelis Umum PBB tentang tanggapan terhadap COVID-19, Aliyev mengatakan Azerbaijan mendukung seruan gencatan senjata global Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, meskipun Armenia mengabaikannya.
“Gencatan senjata berlangsung selama hampir sebulan, Turki dan Rusia memainkan peran penting dalam memastikan gencatan senjata melalui pusat pemantauan gencatan senjata bersama. Jadi, konflik Nagorno-Karabakh antara Azerbaijan dan Armenia dihasilkan oleh militer dan politik,” tambahnya.
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa penggunaan kekerasan diperlukan untuk membebaskan tanah yang diduduki karena Armenia tidak mematuhi hukum internasional.
“Karena tidak adanya kepatuhan terhadap hukum internasional, maka tidak dapat dihindari untuk memastikan implementasi resolusi Dewan Keamanan [PBB] secara paksa.
Akibatnya masing-masing negara agresor [Armenia] harus ditekan untuk perdamaian,” lanjut Aliyev.
Hubungan antara bekas republik Soviet telah tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas, wilayah yang diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan.
Selama konflik, Azerbaijan berhasil merebut kembali beberapa kota dan hampir 300 pemukiman dan desa dari pendudukan Armenia.
Kedua negara menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia pada 10 November untuk mengakhiri pertempuran dan bekerja menuju resolusi yang komprehensif.
Gencatan senjata dipandang sebagai kemenangan Azerbaijan dan kekalahan Armenia, yang angkatan bersenjatanya telah ditarik sesuai dengan kesepakatan. (Althaf/arrahmah.com)