BEIJING (Arrahmah.id) – Peta digital online dari perusahaan Tiongkok Baidu dan Alibaba tidak lagi menyebut nama “Israel”.
Semuanya dimulai dengan rumor di media sosial bahwa perusahaan teknologi multinasional Tiongkok, Alibaba, telah menghapus kata “Israel” dari peta digital daringnya.
Akhirnya, rumor tersebut terkonfirmasi, meski belum ada penjelasan yang diberikan.
The Wall Street Journal melaporkan pada Senin (30/10/2023) bahwa peta digital online dari Baidu dan Alibaba tidak lagi menyebut nama “Israel”.
“Peta online berbahasa Mandarin Baidu menandai perbatasan “Israel” yang diakui secara internasional, serta wilayah Palestina, ditambah kota-kota utama, namun tidak secara jelas mengidentifikasi nama negara tersebut,” kata WSJ.
Surat kabar tersebut mencatat bahwa bahkan negara-negara kecil seperti Luksemburg pun namanya tercantum secara lengkap di peta digital ini.
Sementara “Israel” sudah tidak ada lagi. WSJ mengatakan bahwa mereka telah menghubungi perusahaan tersebut untuk mengklarifikasi alasan mengapa referensi langsung ke “Israel” telah dihapus, dan mengaku tidak menerima jawaban.
Solidaritas internasional terhadap rakyat Palestina telah melampaui solidaritas tradisional di negara-negara Arab dan Muslim, ketika jutaan orang di seluruh dunia turun ke jalan menuntut diakhirinya kekejaman “Israel” di Gaza.
Ribuan orang juga melakukan protes di seluruh Asia Timur, menyerukan gencatan senjata segera dan mengizinkan bantuan kemanusiaan kepada 2,3 juta warga Palestina yang mengalami apa yang oleh banyak orang digambarkan sebagai genosida di Gaza.
“Israel”, sejauh ini, telah membunuh lebih dari 8.300 warga Palestina di Gaza, termasuk 3.457 anak-anak, dan melukai lebih dari 21.000 orang. Laporan Kementerian Kesehatan Palestina dan organisasi internasional menyebutkan bahwa mayoritas korban tewas dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
Meskipun terdapat penumpukan militer “Israel” secara besar-besaran di sekitar perbatasan Gaza dan infiltrasi sporadis di pinggiran Jalur Gaza yang terkepung, Perlawanan Palestina terus menghalau serangan “Israel”.
Untuk membenarkan kegagalan militernya, tentara “Israel” terus menggempur rumah-rumah warga sipil di seluruh Jalur Gaza dan pembantaian baru dilaporkan terjadi di mana-mana di daerah kantong yang terkepung tersebut.
Gaza berada di bawah pengepungan militer “Israel” yang ketat sejak 2007, menyusul pemilu demokratis di wilayah pendudukan Palestina, yang hasilnya ditolak oleh Tel Aviv dan Washington. (zarahamala/arrahmah.id)