SINGKIL (Arrahmah.com) – Sejumlah ormas Islam di Sumatera Utara yang menamakan dirinya Aliansi Ormas Islam Sumatera Utara memberikan advokasi terhadap para korban konflik bernuansa SARA di Singkil., Aceh
Kedatangan mereka pasca kerusuhan Aceh Singkil, bertujuan untuk mencari fakta yang terjadi pada 13 Oktober 2015 lalu. Mereka terbagi dalam tiga tim yang membidangi persoalan hukum, lobby ke tingkat Muspika, dan advokasi para pengungsi.
“Kami mendengar kasus pembakaran gereja 13 Oktober 2015 lalu. Karena itu, kami meresponnya. Rencananya, kami datang ke Singkil secepatnya, tapi kami disuruh menunggu, mengingat pihak keamanan di perbatasan Aceh Singkil dan Subulussalam dijaga ketat, tidak dizinkan masuk. Makanya kami urungkan niat hingga esok harinya,” kata Ketua rombongan Aliansi Ormas Islam Sumut, Rahmad Gustin kepada anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU) di Aceh Singkil, Sabtu (17/10/2015).
Dalam musyawarah dengan gabungan ormas Islam di Medan, telah dibentuk sebuah Tim Pencari Fakta untuk mengumpulkan data di lapangan. Umat Islam di Medan cukup merasa resah dengan pemberitaan media massa yang simpang siur, bahkan kerap menyudutkan umat Islam Aceh Singkil dengan tuduhan intoleran dan anarkistis.
Sejumlah ormas Islam yang tergabung dalam Aliansi Ormas Islam Sumatera Utara ini, di antaranya adalah Kirab (Komite Integritas Anak Bangsa), Forum Umat Islam Sumut, PAHAM Sumut, Forum Ukhuwah Bina Ul Ummah (FUBU), FPI Sumut, Majelis Mujahidin wilayah Sumut, LMI Sumut, KAHMI Sumut, JBMI, DDII Sumut dan sebagainya. Awalnya, Aliansi ini dibentuk untuk mengadvokasi masjid-masjid yang dibongkar oleh pemerintah Sumatera Utara.
Laporan: Desastian/JITU
(azmuttaqin/arrahmah.com)