WASHINGTON (Arrahmah.id) – Aliansi intelijen Five Eyes, yang merupakan salah satu jaringan intelijen paling kuat dan tertua di dunia, menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemerintahannya. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan kerja sama intelijen di antara anggotanya.
Dilansir dari The Economist, ketegangan ini semakin meningkat setelah Trump menunjuk Tulsi Gabbard sebagai Direktur Intelijen Nasional AS. Gabbard, yang dikenal dengan pandangan kontroversial dan kecenderungan pro-Rusia, memicu kontroversi baru dengan menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai pemicu kemungkinan terjadinya Perang Dunia III. Sikapnya, ditambah rekam jejaknya dalam menyebarkan propaganda Rusia, telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan badan intelijen AS dan sekutu-sekutunya.
Selain itu, Trump menghentikan sementara berbagi informasi intelijen dengan Ukraina untuk menekan negara tersebut guna memperoleh keuntungan politik. Bahkan, ia mengancam akan mencaplok Kanada ke Amerika Serikat atau mengeluarkannya dari Five Eyes, yang semakin memperbesar kemungkinan perpecahan dalam aliansi ini.

Apa Itu Aliansi “Five Eyes”?
Aliansi Five Eyes adalah jaringan intelijen yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Didirikan setelah Perang Dunia II, aliansi ini bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan berbagi informasi intelijen, terutama di bidang pengawasan dan penyadapan elektronik (SIGINT).
Kerja sama ini telah berlangsung selama puluhan tahun dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, memungkinkan pertukaran informasi rahasia secara otomatis. Menurut sejarawan Kanada John Ferris, hubungan di dalam aliansi ini begitu erat sehingga pejabat intelijen AS pernah mengelola operasi dari dalam Inggris dan sebaliknya.
Apakah Aliansi Ini Berisiko Runtuh?
Meskipun pertukaran informasi masih berlangsung, meningkatnya kebijakan kontroversial Trump telah memicu kekhawatiran akan pelemahan sistem intelijen global. The Economist melaporkan bahwa setidaknya ada tiga skenario yang bisa terjadi:
- Perpecahan Anggota
Ancaman Trump untuk mengeluarkan Kanada dari Five Eyes atau bahkan menarik AS dari aliansi ini bisa mengguncang fondasi kerja sama yang telah dibangun selama puluhan tahun. - Menurunnya Kepercayaan dan Partisipasi
Sekutu AS mungkin akan mengurangi ketergantungan mereka pada Washington karena takut informasi yang mereka bagikan dapat bocor atau dimanipulasi untuk kepentingan politik. Sebelumnya, Trump pernah membocorkan rahasia intelijen Israel kepada pejabat Rusia, yang meningkatkan keraguan terhadap kredibilitas AS. - Kekacauan Internal di AS
Pengangkatan tokoh-tokoh kontroversial seperti Kash Patel sebagai Direktur FBI berisiko melemahkan badan intelijen AS dari dalam, menyebabkan perpecahan yang dapat menghambat kerja sama dengan sekutu.
Mengapa Kanada dan Negara Lain Tidak Mudah Dikeluarkan?
Menurut para pejabat senior, Five Eyes bukan hanya sekadar kemitraan teknis, tetapi sistem yang saling terkait, sehingga sulit untuk memisahkan satu negara tanpa mengganggu keseluruhan jaringan.
Bahkan dalam krisis besar di masa lalu—seperti Krisis Suez 1956 atau Perang Irak 2003—aliansi ini tetap bertahan. Setiap anggota memiliki peran unik:
- Kanada memiliki keahlian dalam intelijen Arktik.
- Australia memainkan peran penting dalam memantau aktivitas Tiongkok.
- AS tetap menjadi kekuatan utama dalam aliansi, tetapi juga bergantung pada kontribusi negara lain.
Situasi Saat Ini: Waspada, Tetapi Belum Krisis
Para analis menilai bahwa Five Eyes belum menghadapi krisis besar, karena aliran informasi masih berjalan lancar. Namun, kebijakan Trump, terutama serangannya terhadap birokrasi federal dan pemecatan pejabat intelijen, dapat menyebabkan instabilitas lebih lanjut.
Menurut John Ferris, intelijen AS selalu mengandalkan sekutunya, bahkan dalam situasi sulit. Namun, kali ini kondisinya berbeda. Ada “ketakutan yang belum pernah terjadi sebelumnya” dalam komunitas intelijen AS mengenai masa depan mereka di bawah kepemimpinan Trump.
Sebagai kesimpulan, Five Eyes selama ini beroperasi dengan prinsip yang tak tertulis: “AS yang menetapkan aturan”. Tetapi dengan kebijakan Trump yang semakin tidak dapat diprediksi, pertanyaannya adalah berapa lama prinsip ini bisa bertahan sebelum aliansi ini terguncang?
(Samirmusa/arrahmah.id)