QASHIM (Arrahmah.com) – Pemerintah Arab Saudi akhirnya membebaskan ulama besar hadits, syaikh Sulaiman bin Nashir Al-Ulwan, pada Rabu (5/12/2012) setelah mendekam di penjara rezim selama sembilan tahun. Ulama besar itu dipenjara secara zalim dan mengalami sejumlah penyiksaan dan tawaran-tawaran menggiurkan selama dalam penjara.
Para ulama dan murid serta orang-orang dekat syaikh Sulaiman Al-Ulwan mengakui kapasitas beliau dalam hal hafalan, pemahaman, kemampuan mengyimpulkan dalil, dialog ilmiah dan pemahaman realita. Kemampuan beliau diakui mengungguli mayoritas ulama seusianya, bahkan mengungguli guru-guru beliau sendiri.
Para murid yang belajar langsung kepada beliau menyebutkan bahwa kekuatan hafalan beliau mengingatkan akan kisah hafalan para ulama hadits abad-abad awal Islam. Beliau diakui telah memiliki kapabilitas untuk berfatwa dan berijtihad.
Dipenjarakan dan ditekan secara zalim
Syaikh Sulaiman Al-Ulwan ditangkap oleh rezim Arab Saudi pada 2003 M, pasca invasi militer AS ke Irak. Pasca invasi AS dan sekutunya ke Afghanistan pada akhir 2001 M dan invasi militer AS ke Irak pada 2003, para ulama Arab Saudi ditekan oleh rezim untuk menyetujui kebijakan rezim yang pro invasi AS dan NATO.
Bersama ratusan ulama, da’i, dosen, mahasiswa dan aktivis Islam yang menolak kebijakan rezim Arab Saudi yang pro invasi militer NATO ke Afghanistan dan Irak, syaikh Sulaiman Al-Ulwan dijebloskan ke dalam penjara oleh Departemen Dalam Negeri Arab Saudi. Mereka dikenakan tuduhan kelompok terorisme, sehingga tidak mendapatkan pembelaan hak-hak mereka. Mereka dijebloskan ke dalam penjara secara zalim, tanpa tuduhan yang jelas dan tanpa proses peradilan sama sekali.
Selama enam tahun, sampai 2009 M, syaikh Sulaiman Al-Ulwan ditempatkan dalam sel terpisah yang mengisolasi beliau dari seluruh tahanan politik dan manusia lainnya.
Beliau juga mendapatkan perlakuan yang sangat keras dan tidak manusia. Di antaranya, AC di sel beliau dihidupkan secara terus-menerus dengan tingkat kelembaban yang mendekati titik beku tanpa ada sarana perlindungan sedikit pun. Meski terus ditekan, beliau tetap bersabar. Beliau mengisi hari-harinya dengan membaca Al-Qur’an, shalat malam dan dzikir.
Tawaran-tawaran menggiurkan
Selama berada dalam penjara politik, syaikh Sulaiman Al-Ulwan berkali-kali ditawari jabatan-jabatan menggiurkan dengan syarat beliau membangun kesepahaman dengan rezim Arab Saudi. Di antara tawaran tersebut adalah jabatan mufti kerajaan dan kesempatan tampil di media massa kapan pun beliau menginginkan.
Sumber yang dekat dengan keluarga kerajaan Arab Saudi menyebutkan bahwa selama dalam penjara, beliau telah dipanggil sebanyak 18 kali untuk bertemu dengan Mentri Dalam Negeri pangeran Nayef bin Abdul Aziz dan putranya pangeran Muhammad bin Nayef. Semua panggilan itu beliau tolak mentah-mentah karena beliau menyadari pertemuan-pertemuan itu ada “harga”nya.
Selama enam tahun pertama syaikh Sulaiman Al-Ulwan dalam penjara, beliau tidak menerima tuduhan dan menjalani proses pengadilan apapun. Barulah setelah syaikh Yusuf Al-Ahmad, seorang ulama dan kawan karib beliau, menggalang dukungan luas yang menuntut proses pengadilan yang fair, Departemen Dalam Negeri Arab Saudi baru bergerak.
Mentri Dalam Negeri memutuskan dimulainya proses pengadilan terhadap beliau. Jaksa penuntut umum berkali-kali mendatangi beliau di penjara dan meyakinkan beliau untuk mau hadir di pengadilan. Berkali-kali pula beliau menolak paksaan jaksa dengan mengajukan alasan-alasan syar’i dan hak-hak kemanusiaan. Proses pengadilan beliau pun berkali-kali ditunda.
Syaikh hampir saja meninggal akibat pelayanan medis yang buruk dalam penjara
Syaikh Sulaiman Al-Ulwan mengalami penyakit diabetes dalam penjara. Namun pangeran Muhammad bin Nayef menolak beliau dibawa ke rumah sakit. Mentri Dalam Negeri itu ingin syaikh Sulaiman meninggal di penjara dengan membiarkan beliau tanpa perawatan medis.
Keluarga beliau, para pengacara dan sejumlah ulama telah menggalang dukungan dan menuntut Mentri Dalam Negeri untuk membawa beliau ke rumah sakit. Permintaan mereka ditolak dengan tegas oleh Mentri Dalam Negeri. Dukungan terhadap syaikh Sulaiman pun semakin meluas lewat situs jejaring sosial twitter dan aksi-aksi demonstrasi.
Tekanan demi tekanan keluarga, ulama, pengacara dan rakyat Arab Saudi itu akhirnya membuat Mentri Dalam Negeri ketakutan. Ia akhirnya membawa syaikh Sulaiman ke rumah sakit. Para dokter yang menangani pengobatan beliau menyatakan kondisi beliau sudah dalam stadium kritis. Jika pengobatannya terlambat sedikit saja, beliau bisa meninggal karena parahnya penyakit beliau.
Syaikh menolak diadili
Pasca pengobatan dari rumah sakit, perlakuan penjara terhadap syaikh Sulaiman semakin berat. Beliau dipindahkan ke sebuah sel isolasi ukuran kecil, tanpa alas tidur, tanpa air dan diputus komunikasinya dengan semua orang tanpa alasan yang jelas. Informasi yang beredar menyebutkan hal itu disebabkan keinginan keras Mentri Dalam Negeri untuk menghadirkan beliau ke meja hijau secara paksa. Beliau sendiri juga bersikeras menolak diadili.
Syaikh Sulaiman memang berhasil diseret ke meja pengadilan. Namun beliau menolak bicara dengan siapa pun di pengadilan, termasuk dengan hakim dan jaksa penuntut umum. Beliau justru sibuk membaca Al-Qur’an sejak diseret keluar dari sel isolasi sampai di pengadilan dan kemudian dijebloskan ke sel isolasi kembali. Di pengadilan, beliau juga menolak secara tegas untuk menanda tangani surat pernyataan berisi beberapa butir kesepakatan dengan rezim Arab Saudi.
“Saya tidak akan menanda tangani apapun, saya tidak mengakui pengadilan kalian, tuduhan kalian, dan proses peradilan kalian.” kata beliau dengan tegas.
Syaikh dikembalikan ke sel isolasi. Beliau tidak menyadari bahwa hakim telah memutuskan surat pembebasan beliau dan menyerahkan surat itu kepada pengacara beliau. Pengacaralah yang menyampaikan surat pembebasan tersebut kepada beliau.
Di antara kisah menarik beliau selama di penjara adalah beliau tidak pernah berdoa agar dibebaskan dari penjara. Beliau selalu menasehatkan kepada para tahanan politik untuk berdoa memohon ketabahan dan ketegaran di atas kebenaran. “Apa gunanya dibebaskan jika tidak tegar?” kata beliau.
Dua saudara kandung beliau mengumumkan pembebasan beliau
Berita gembira tentang pembebasan beliau disampaikan langsung oleh dua saudara kandung beliau, syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Ulwan dan syaikh Ali bin Nashir Al-Ulwan.
Dalam akun twitternya pada Rabu (5/12/2012), syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Ulwan menulis: “Allahu akbar, al-hamdu lillah yang dengan nikmat-Nya semata hal-hal yang baik menjadi sempurna. Pembebasan saudara saya, syaikh Sulaiman Al-Ulwan. Saat ini sedang menyertai syaikh pulang ke rumah beliau.”
Saudara kandung lainnya, syaikh Ali bin Nashir Al-Ulwan melalui akun twitternya pada hari yang sama juga menulis: “Al-hamdu lillah yang dengan nikmat-Nya semata hal-hal yang baik menjadi sempurna. Allahu akbar. Kejayaan hanyalah milik Allah. Syaikh Sulaiman telah berada di luar tembok penjara.”
(muhib almajdi/arrahmah.com)