DAMASKUS (Arrahmah.com) – Revolusi Suriah telah berjalan 21 bulan. Selama masa jihad yang panjang tersebut, rakyat muslim Suriah telah mengalami penderitaan yang luar biasa beratnya.
Sebagian besar wilayah di Suriah dilanda krisis sembako, air bersih, listrik dan obat-obatan. Gandum, minyak samin dan roti sebagai makanan pokok warga sangat sulit ditemukan akibat pabrik roti kekurangan bahan baku. Tiadanya pasokan listrik, gas, bensin dan bahan bakar lainnya turut memperparah kelangkaan makanan pokok warga tersebut.
Antrian panjang berjam-jam di depan sebuah toko roti dan pabrik roti menjadi pemandangan umum di hampir sebagian besar kota dan desa di Suriah. Harga sekantong roti melambung sangat tinggi mengingat banyaknya permintaan dan langkanya barang.
Rezim Nushairiyah Suriah menjadikan ribuan warga sipil yang mengantri di depan toko-toko roti sebagai target empuk serangan pesawat tempur. Selama Ahad (23/12/2012), Senin (24/12) dan Selasa (25/12), serangan udara yang biadab tersebut telah menewaskan ratusan warga sipil yang tak berdosa di propinsi Hamah, Homs dan Dier Ezzur.
Para aktivis revolusi, kemanusiaan dan mujahidin sendiri tidak tinggal diam atas penderitaan rakyat muslim Suriah tersebut. Di propinsi Aleppo, Idlib, Homs dan Dier Ezzur, mujahidin Jabhah Nushrah dan mujahidin FSA telah membentuk panitia bantuan kemanusiaan yang membagi-bagikan roti dan sembako lainnya kepada warga sipil muslim secara gratis.
Langkah yang diambil mujahidin Jabhah Nushrah dan mujahidin FSA itu kini diikuti oleh para aktivis pemuda di kota Zamalka dan Ghautah Timur, propinsi pinggiran Damaskus. Mereka membentuk kantor bantuan kemanusiaan yang memproduksi dan memasok roti untuk masyarakat kedua kota utama yang dikenal luas sebagai basis mujahidin tersebut.
Kantor bantuan kemanusiaan di kota Zamalka menjalankan sebuah pabrik roti yang mempekerjakan para aktivis pemuda dan pembuat roti setempat. Mereka bekerja keras menyediakan bahan baku dan memproduksi roti dalam jumlah yang mampu mereka usahakan. Sekantung roti dijual kepada penduduk kedua kota tersebut seharga 15 lira, harga yang sangat murah dibandingkan harga di toko roti rezim yang mencapai 50 lira.
Pada Selasa (25/12) kemarin kantor berita Koordinator Revolusi Ghautah Timur dan TV Orient meninjau secara langsung kesibukan di pabrik roti Zamalka tersebut. Para pekerja bekerja dengan tekun. Sementara itu ribuan warga mengantri untuk membawa pulang sekantung roti bagi keluarga mereka. Ini merupakan langkah maju para aktivis pemuda untuk mematahkan taktik biadab rezim Suriah yang membuat rakyat kelaparan.
(muhib almajdi/arrahmah.com)