JAKARTA (Arrahmah.id) – Munarman menjelaskan alasannya tidak menghentikan acara baiat ISIS yang dilakukan di Makassar. Munarman mengaku tidak bisa menghentikan karena dia hanya sebagai tamu.
Hal itu disampaikan Munarman dalam sidang pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Jakarta Timur (PN Jaktim), Rabu (16/2/2022). Munarman mengatakan dirinya mengikuti acara itu pada 25 Januari 2015 hingga acara selesai.
Jaksa menanyakan acara baiat yang dilakukan di akhir acara. Munarman mengaku dirinya sempat kaget akan acara baiat.
“Mereka melakukan baiat, itu yang saya tidak duga karena tidak ada di acara,” kata Munarman, lansir Detik.com.
Munarman mengungkapkan, dirinya tidak memberhentikan acara tersebut karena hanya sebagai tamu. Dia mengaku tidak dapat menunjukkan sikap protes dan keluar dari acara.
“Karena itu rumah orang, itu tempat orang, saya tamu, saya diundang, saya tidak bisa tunjukkan sikap keluar protes bisa digebukin saya, itu Makassar, Bu, bukan tempat lain,” terang Munarman.
Munarman mengatakan, sikapnya akan berbeda jika baiat dilakukan di FPI. Menurutnya, jika FPI yang melakukan, dirinya akan melarang.
“Katakanlah kalau itu di FPI saya larang itu, nggak mungkin saya nggak larang. Tapi itu bukan FPI, itu di tempat orang,” ujar Munarman.
Jaksa lantas menanyakan sikap Munarman yang tidak mencoba meminta izin secara halus untuk meninggalkan ruangan.
“Ketika ada baiat apakah tidak usaha minta izin secara halus untuk tinggalkan ruangan?” tanya jaksa.
“Sebagaimana yang disimak di video, saya sempat asyik main handphone, saya tidak lagi ikutin proses peralihan itu, ketika mereka berbaiat saya nengok, itu spontan saja,” terang Munarman.
Tidak hanya itu, jaksa juga menanyakan soal Munarman yang disebut ikut melafalkan takbir usai acara baiat. Namun, Munarman membantah hal tersebut.
“Sempat menerikkan takbir ya?” tanya jaksa.
“Tidak ada (serukan takbir), putar aja videonya kita sama-sama nonton lagi,” kata Munarman.
Munarman mengatakan takbir merupakan hal biasa. Jadi bukan merupakan hal negatif.
“Di akhir acara setelah baiat Saudara denger takbir?” kata jaksa.
“Saya lupa. Kalau takbir biasa saja menurut saya karena takbir Allahuakbar kok tidak ada yang aneh. Biasa saja bertakbir. Kalau ada yang menterjemahkan takbir sebagai negatif itu otaknya yang negatif menurut saya, bukan takbirnya,” tegas Munarman.
“Kalau takbir sifatnya baik itu tidak mengikuti?” tanya Jaksa.
“Ya biasa saja, Bu,” jawab Munarman.
“Mengikuti?” tanya Jaksa.
“Kan saya bilang biasa saja, orang takbir biasa saja, belum tentu juga orang takbir saya duduk, tidak harus juga saya ikut takbir,” kata Munarman.
(ameera/arrahmah.id)