DAMASKUS (Arrahmah.com) – Dengan sebagian besar sumber daya alam dan mineral telah jatuh ke tangan pejuang Suriah, pendapatan rezim Nushairiyah terus menyusut, mengakibatkan rezim bergantung pada sumber-sumber pendapatan yang tidak stabil demi kelangsungan hidupnya.
Perang yang memasuki tahun kelima telah menghancurkan keuangan rezim.
Menurut aktivis lokal dan kelompok pemantau, ISIS akhir pekan lalu merebut Sharqiya dan Khneifess sekitar 50 km dari kota kuno Palmyra di Suriah tengah dari tangan rezim. Kedua tempat tersebut menyumbang banyak pendapatan bagi rezim Nushairiyah melalui ekspor fosfat.
Seorang pejabat kementerian minyak mengatakan Sharqiya memproduksi setidaknya tiga juta ton fosfat per tahun dan Khneifess menghasilkan 850.000 ton.
Sebelum perang pecah pada tahun 2011, Suriah adalah eksportir fosfat terbesar kelima di dunia. Mereka menjualnya terutama ke Libanon, Rumania dan Yunani.
Pada kuartal pertama di tahun 2015, Suriah menjual 408.000 ton fosfat di pasar domestik dan luar negeri, menurut kementerian tersebut seperti dilansir Zaman Alwasl.
Pendapatan dari sektor minyak juga tidak jauh lebih baik.
Rezim sangat bergantung pada pendapatan minyak yang menghasilkan 3,8 milyar USD di tahun 2011, sekitar seperempat dari total pendapatan negara.
Rezim kekurangan pendapatan karena telah kehilangan kendali atas serangkaian ladang minyak.
Begitu juga pendapatan dari gas alam yang sangat terpengaruh sejak perang berkecamuk.
Menteri Perminyakan rezim Nushairiyah, Suleiman al-Abbas mengatakan bahwa negara menghasilkan sekitar 10 juta meter kubik per hari. Namun angka tersebut merosot tajam sejak hilangnya Arak dan Al-Hail, dua ladang penghasil gas alam Suriah.
“Bahkan jika Suriah tidak bisa mengekspor gas, itu masih menjadi sangat penting untuk pembangkit listrik. Kehilangan ladang gas merupakan pukulan mengerikan untuk ekonomi yang sudah hancur.”
Sebelum perang, Suriah adalah eksportir utama produk pertanian, tekstil dan kulit, obat-obatan, bunga dan barang keramik. Dengan pasar ekspor yang mengering, Suriah semakin bergantung pada pajak penghasilan dan bea cukai, ujar seoarang pejabat rezim kepada AFP.
Dan dari jalur kredit yang diberikan Iran, rezim setidaknya mendapatkan 4,6 milyar USD. (haninmazaya/arrahmah.com)