Al Walaa Wal Baraa’ adalah salah satu bagian dari Usul ud Dien. Usul ul Dien terbagi menjadi tiga bagian:
Tauhid
Al Walaa’ Wal Baraa’
Al Jihad dan Al Hijrah
Al Walaa Wal Baraa’ terbagi menjadi dua bagian:
Walaa’ dan Baraa’ adalah salah satu bagian dalam usul ud dien, kita membenci kuffar sebagai sebuah masalah dalam dien hanya karena Allah (Swt) semata. Kita tidak membenci Yahudi karena pandangan mereka; Allah (swt) adalah yang menciptakan pandangan mereka, kebencian kita terhadap mereka semata-mata hanya karena Allah (swt).
Al Walaa wal Baraa’ terbagi menjadi dua:
Al Hubb
Mencintai karena Allah, Al Muwalaat. Al Muwalaat secara bahasa berarti ‘mencintai dalam hati.’ Abdullah ibnu Abbas berkata:
“Al Muwalaat adalah mencintai dalam hati dan mendukung penuh dengan anggota tubuh dan lidah untuk dien Islam semata.”
Aturan ini diluar untuk kuffar, Walaa’ adalah selalu untuk Allah (dan dien Allah) saja, dan semua Baraa’ adalah untuk kufur dan syirik.
Allah berfirman dalam kitabNya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?” (QS An Nisa 4: 144)
Dengan demikian kita hanya bisa mempunyai Al Muwalaat dengan orang-orang yang beriman saja. Tetapi apa itu Al Muwalaat? Itu adalah:
– Mencintai
– Mendekati
– Berteman
– Bersahabat
– Membantu
– Menghormati
– Memuliakan
– Beraliansi
– Mendukung
Semua karena Allah (swt) dan orang yang telah ditunjuk untuk ber Muwalaat dengan mereka, tidak untuk kuffar.
Al Bughud (Membenci)
Membenci hanya karena Allah (swt), atau Al Mu’adaat, ini adalah kebalikan dari Al Muwalaat, itu adalah:
– Membenci
– Menjaga jarak
– Memusuhi
– Meninggalkan
– Menolak untuk memberi pertolongan
– Merendahkan
– Tidak beraliansi
– Tidak mendukung
Allah (swt) memerintahkan kita untuk mempunyai Baraa’ kepada kuffar dari kufur dan syirik. Allah (swt) memerintahkan kepada kita untuk mempunyai walaa dengan para Nabi dan kepada orang-orang yang beriman. Namun tidak perlu bingung dengan Al Birr. Al Birr adalah keadaan tertentu dengan orang-orang kuffar dimana kita melakukan perjanjian dengan mereka.
Allah (swt) berfirman:
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS Al Mumtahanah 60: 8)
Al Walaa wal Baraa’ telah banyak dideklarasikan pada ayat-ayat Al Qur’an dengan jelas, lebih banyak setelah Tauhid, ini bukan sesuatu dimana kita bisa berargumentasi atau bahkan membantahnya.
Telah diketahui dalam membicarakan masalah Al Walaa wal Baraa’ dan Tauhid ini paling banyak di antara para Shahabat dan Imam empat Mahzab, setelah mereka – Syeikh ul Islam ibnu Taimiyah dan Syeikh Muhammad ibnu Abdul Wahhab.
Pada topik dari Walaa wal Baraa’, Syeikh Abdur Rahman bin Hasan berkata:
“Tiga hal peniadaan dien adalah Muwalaat dengan Musyrikin, bersekutu dengan mereka, menyandarkan diri kepada mereka dan mendukung mereka dengan tangannya dan kekayaannya. Sebagaimana Allah (swt) berfirman: “…janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.” (QS Al Qashash 28: 86)
Beliau kemudian pergi untuk mencari ayat yang lain dimana Allah (swt) juga berfirman:
“Musa berkata: “Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerah- kan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang- orang yang berdosa.” (QS Al Qashash 28: 17)
lebih lanjut Allah berfirman dalam surah Al Mumtahanah ayat 9:
“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
Disini Allah menggunakan kata Az Zhalimun dan itu telah diketahui bahwa pada saat Allah (swt) menggunakan kata Az Zalimun dengan ‘Az’, sebagaimana menentang hanya untuk Zalimun, Dia (Swt) mengartikan ‘Al kafir’.
Allah (swt) berfirman dalam Qur’an:
“Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.
Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): “Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan”, sedang Allah mengetahui rahasia mereka.” (QS Muhammad 47: 25-26)
Disini Allah (swt) telah mendeklarsikan orang-orang yang menaati hukum kufur bahkan hanya dalam bagian-bagiannya saja, meninggalkan tanpa keringanan untuk mereka, bahkan tanpa paksaan, tetapi kita harus berteriak untuk melawan kejahatan, bahkan untuk diam saja tidak dibolehkan. Ini telah didemonstrasikan pada masa Muhammad (saw)…
Khalid bin Walid telah memerangi Musailamah Kazab, yang mengaku sebagai nabi palsu. Khalid bin Walid telah memerangi kota dimana Musailamah berasal. Dia menangkap para pemimpin-pemimpin kabilah disana. Dia telah bertanya kepada para pemimpin-pemimpin itu tentang temannya (Musailamah), Khalid berkata: “Dia adalah Rasul Allah disamping Rasul yang lain.” Itu cukup bagi Khalid untuk memerintahkan “bunuh mereka semua.”
Namun pada saat semua pemimpin kabilah disana telah terbunuh, dia berkata: “mulai dari Muja’a” ini karena Maja’a adalah seorang Muslim dan seorang figure besar dalam kabilah. Maja’a berbicara kepada Khalid dengan berkata,”Wahai Khalid aku adalah seorang Muslim; saya tidak pernah berimana pada Musailamah, dia adalah orang dari kabilahku, itu adalah jalan tengah; Aku akan memenjarakan dia sampai Allah (swt) menunjukkan kepadaku sebuah jalan.” Maja’a berfirkir bahwa telah memenjarakannya dengan harapan menggali informasi tentang Musailamah, kemudian dia berkata lagi: “Wahai Khalid, kamu telah mengetahui bahwa aku adalah orang-orang yang telah memberikan bai’at kepada Muhammad (saw). Apakah aku telah melakukan kesalahan? Itu terjadi hanya karena dia berasalah dari kabilahku.
Dan Allah (swt) berfirman:
“Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain…” (QS Al Al An’aam 6: 164)
Khalid berkata:
“Kesalahanmu adalah bahwa kamu tidaka pernah menolak kejahatan. Kamu adalah orang yang mengetahui hal itu dengan baik tetapi diam saja. Apakah kamu teleh berbicara untuk memeranginya seperti orang-orang yang telah melakukannya? Berbicara (begini dan begini), berbicara (begini dan begini). Jika kamu tidak bermaksud untuk melakukan yang demikian, apakah kamu telah mengrimkan sebuah surat kepada aku? Apakah kamu meminta bantuanku? Mengapa kamu tidak hijrah?
Khalid tidak memberikan dia keringan, dan faktanya Majaa’a berkelakuan seperti seorang yang murtad, terancam kematian jika dia tidak bertobat, namun Majaa’a mundur, tetapi masih dihkum Ta’zir.
Al Muwalaat adalah dilarang kepada Kuffar
“Hal itu dilarang untuk ber-Muwalaat dengan kuffar, apakah dia kafir asli atau murtad.”
Allah (Swt) telah menetapkan itu dengan jelas bahwa tidak diperbolehkan bagi seorang Muslim untuk mempunyai Al Muwalaat kepada kuffar:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)? (QS An Nisa 4: 144)
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka…” (QS Ali Imran 28)
Allah adalah wali bagi orang-orang yang beriman, dan orang-orang beriman harus mempunyai walaa kepada Allah, kuffar sangat tidak pantas untuk mendapatkan walaa dari orang yang beriman.
Jika seorang Muslim mempunyai walaa kepada kuffar, maka dia berdosa, namun jika mereka bersekutu dengan mereka maka mereka Murtad. Tetapi jika dia bersekutu dengan mereka dan memerang kaum Muslim, dia menjadi murtad harbi.
Kita membenci kuffar semata-mata hanya kepada Allah, dan kita juga membenci Munafiqun hanya karena Allah, jika seseorang tidak melakukan demikian maka dia meninggalkan ikatan Islam.
Al Muwalaat kepada Muslim adalah kewajiban
Allah (SWt) berfirman:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS At Taubah 9: 71-72)
Al Muwalaat adalah kewajiban bagi orang-orang yang beriman, Allah (swt) telah menggambarkan kita sebagai sebuah saudara, membedakan kita dari orang-orang kafir.
Allah (swt) berfirman:
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS al Hujarat 49: 10)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.
Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: “Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?” Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi.
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (QS Al Ma’idah 5: 51-57)
Lebih lanjut Abu Huraira meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) bersada: “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lainnya.”