KAIRO (Arrahmah.id) – Seorang kolonel purnawirawan AS, Douglas Macgregor, mengungkapkan bahwa Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi diangkat oleh Amerika Serikat untuk menekan pengaruh Ikhwanul Muslimin serta melindungi kepentingan strategis AS dan “Israel”. Pernyataan ini dilansir dari Middle East Eye pada 9 Januari 2025 dan memicu sorotan baru terhadap hubungan AS-Mesir, terutama di tengah meningkatnya ketidakpuasan publik terhadap sikap diam Mesir atas serangan “Israel” di Gaza.
Macgregor menambahkan, kekhawatiran internasional meningkat karena instabilitas yang mengancam rezim al-Sisi. Salah satu perhatian utama adalah potensi jatuhnya kontrol atas Terusan Suez—jalur perdagangan strategis global—ke tangan pihak yang dianggap “musuh” oleh “Israel” dan Barat. Situasi ini, menurut laporan Middle East Eye, telah memicu diskusi serius tentang kemungkinan intervensi lebih lanjut dari kekuatan global.
![](https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2025/01/1568422117sisi.jpgwidth640height427.jpg?resize=640%2C427&ssl=1)
Di tengah ketegangan ini, pemerintahan Biden tetap memberikan bantuan militer sebesar $1,3 miliar kepada Mesir pada September 2024. Langkah ini dilakukan meskipun ada kritik tajam terkait pelanggaran hak asasi manusia yang berlangsung di negara tersebut. Bantuan tersebut mencerminkan prioritas geopolitik AS di kawasan Timur Tengah.
Namun, ketidakpuasan rakyat Mesir terus membayangi stabilitas internal negara itu. Diamnya pemerintah atas krisis Gaza telah memperburuk persepsi publik terhadap el-Sisi, yang kini dihadapkan pada tekanan dari dalam negeri dan internasional. Mesir, yang memegang peran strategis dalam geopolitik regional, kini berada di persimpangan jalan—antara mempertahankan dukungan Barat atau menghadapi risiko keruntuhan politik yang semakin nyata.
(Samirmusa/arrahmah.id)