(Arrahmah.com) – Pada Ramadhan 1436 Hijriah atau bertepatan dengan bulan Juli tahun 2015 ini, Mujahidin Syam merilis majalah Al-Risalah edisi pertama. Perilisan majalah online ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana Islam yang sesungguhnya, yang dipraktikkan dan dipahami oleh sahabat-sahabat Nabi ﷺ dan para salaf.
Pada halaman pertama majalah ini, editor menyampaikan bahwa mereka berharap untuk bisa, dengan izin Allah, menyajikan berita yang kredibel dan terpercaya dari
bumi Syam, terutama dari Suriah, langsung dari orang-orang yang benar-benar menyaksikan segala peristiwa di garis depan.
Musuh-musuh Islam tak henti-hentinya berupaya untuk mengubah dan menghancurkan pesan yang jelas dan murni mengenai Islam dan Jihad di jalan Allah. Nama Jihad yang mulia harus dibersihkan dari segala bentuk pemelintiran makna yang dihembuskan oleh mereka yang tidak menyukai ditegakkannya hukum Allah di muka bumi ini.
Al-Risalah berusaha untuk meluruskan sejumlah pemahaman kaum Muslimin yang keliru mengenai Islam dan Jihad akibat propaganda kaum kafir, munafik dan kelompok menyimpang yang ada di tengah-tengah umat Muhammad ﷺ.
Pada halaman 9, Al-Risalah menyajikan wawancara eksklusif mereka dengan salah seorang komandan militer Jabhah Nushrah yang berperan penting dalam pertempuran pembebasan Jisr Al-Shughour. Berikut terjemahannya.
Wartawan kami dari Al-Risalah, telah diberikan akses eksklusif untuk mewawancarai Abu Sultan Al Jizrawi, salah seorang pemimpin militer Jabhah Nushrah, yang terlibat dalam pembebasan Jisr Al-Shughour. Abu Sultan adalah seorang mujahid dari kalangan Muhajirin, dan saat tiba di Suriah, ia bergabung dengan kelompok yang disebut Suqoor Al Izz1 dan berjuang di bawah panji-panji mereka sampai kelompok itu bergabung dengan Jabhah Nushrah.
Di bawah kepemimpinan baru Jabhah Nushrah, Abu Sultan akhirnya ditugaskan ke pesisir Provinsi Lattakia sebagai kepala administrasi, mengawasi titik-titik ribat di Salma dan Jabal Akrad, selama kurang lebih satu tahun. Ia sekarang adalah seorang komandan unit pengiriman kilat Jabhah Nushrah di sekitar barat laut Suriah.
Pada 21 April 2015, Abu Sultan memimpin sebuah batalion yang terdiri dari lebih dari tujuh puluh orang, di mana mereka menyerbu salah satu pos pemeriksaan rezim [Nushairiyah] paling penting di kota Jisr Al-Shughour. Segala puji bagi Allah, operasi tersebut sukses dan gerbang ke kota itu sekarang telah terbuka.
Pertanyaan (P): Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum, bagaimana kabar Anda, Akhi?
Abu Sultan: Wa’alaikumsalam, Alhamdulillah, saya baik.
P: Ahamdulillah. Baik… Kami mendapat informasi bahwa Anda terlibat dalam pertempuran Jisr Al Shughour. Dapatkah Anda memberitahu kami, bagaimanakah pengalaman itu?
Abu Sultan: Bismillah, Alhamdulillah… Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman tentang pertempuran (di dalam Al-Qur’an yang mulia): “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” (QS. 2: 216)
Dan kita sebagai umat Islam diuji melalui cobaan dan kesengsaraan, dan ini tentu merupakan sebuah ujian yang besar. Namun, ada pahala yang dijanjikan oleh Allah dan kewajiban [yang harus ditunaikan] untuk mendorong kita menuju ibadah besar ini.
Perencanaan pertempuran ini sangatlah menantang. Setelah empat bulan melakukan pengawasan secara terus menerus terhadap pos-pos pemeriksaan rezim, kami pun memutuskan strategi dan prosedur penyerangan. Pertempuran itu sangat intens, dan berlanjut selama empat hari. Dan kami hanya bersyukur kepada Allah yang memberikan kami kesabaran, ketekunan, kekuatan, dan memberikan kami kesempatan untuk membebaskan kota strategis yang sangat penting ini.
P: Kelompok mana sajakah yang terlibat dalam pertempuran besar ini?
Abu Sultan: Jabhah Nushrah, Ahrar Syam, Ansar Abu-Syam, Hizbul Islam Turkistan dan Syam Al-Islam adalah faksi-faksi terkemuka dalam operasi besar ini. Ruang operasi untuk pertempuran ini memutuskan untuk menamakan pertempuran ini sebagai “Pertempuran Kemenangan”.
P: Kira-kira berapa banyak pejuang yang mengambil bagian dalam pertempuran ini?
Abu Sultan: Jumlah Mujahidin [yang berpartisipasi] adalah sekitar tiga ribu pejuang, yang terdiri dari tentara (semua) batalion Islam.
P: Apakah pertempuran ini direncanakan secara independen? Atau ada hubungan dengan pertempuran di Idlib?
Abu Sultan: Pertempuran Jisr Al-Shughur adalah bagian dari sebuah operasi besar untuk membebaskan kamp Mastumah, basis Qarmeed Brick Factory dan desa-desa lain di sekitar kota. Sebagian besar pertempuran ini direncanakan dan dikorelasikan bersama untuk menghancurkan rezim di dalam dan di sekitar Idlib seluruhnya.
P: Apa yang tentara rezim lakukan setibanya kalian [di sana]?
Abu Sultan: Rezim [ternyata] mendapat informasi tentang pertempuran ini sebelumnya, sehingga mereka membawa bala bantuan dari Lattakia dan tempat lainnya untuk menghentikan serangan ini. Pada hari pertama rezim mencoba untuk bertempur, tapi para pejuang kami terus maju untuk membunuh ataupun terbunuh.
Setelah menyerbu kota, kami menyaksikan bahwa banyak tentara dan petugas meninggalkan garis pertahanan mereka dan melarikan diri. Yang tertinggal di belakang tewas atau ditangkap oleh mujahidin dari aliansi yang diberkahi ini. Ada juga laporan bahwa para petugas meninggalkan tentara di belakang, dan para tentara yang terjebak menewaskan beberapa petugas ketika mereka melarikan diri. Tapi rezim mengeksekusi dua puluh tahanan sipil sebelum mundur. Banyak tentara yang terjebak memutuskan untuk mundur ke rumah sakit ketika kota itu dikelilingi oleh mujahidin.
P: Sebenarnya apakah yang terjadi di rumah sakit? Kami telah mendengar begitu banyak laporan yang bertentangan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Dapatkah Anda memberi penjelasan tentang hal ini?
Abu Sultan: Rumah sakit adalah basis militer bagi rezim dari awal revolusi ini. Struktur rumah sakit ini sendiri sangat cocok untuk basis militer, sebuah bangunan tiga lantai dengan pondasi kuat dan basemen dua lantai. Mereka (orang-orang kafir) mengambil posisi sniping yang baik, dan menempatkan lebih dari dua ratus tentara di berbagai rumah sakit dengan jumlah artileri yang cukup.
Kaum kafir mencoba melarikan diri berkali-kali, tetapi dengan kehendak-Nya, mereka gagal. Kami mengepung rumah sakit itu lebih dari satu bulan di tengah-tengah serangan udara rezim yang keras di sekitar rumah sakit. Rezim mencoba untuk menjatuhkan barel makanan dan minuman, tapi Alhamdulillah, tidak sampai ke mereka.
Akhirnya kami merencanakan untuk menanamkan bahan peledak di bawah rumah sakit menggunakan terowongan. Namun, selama persiapan akhir pada hari terakhir, rezim menggunakan lebih dari seratus delapan puluh serangan udara di sekitar rumah sakit untuk mengoordinasikan sebuah rencana pelarian, tetapi mereka gagal.
Saudara-saudara [mujahidin] yang menjaga kota bersiaga menunggu para tentara [musuh] yang melarikan diri dari rumah sakit, dan mereka [mujahidin] berhasil menewaskan dua ratus delapan dari mereka. Hanya sekitar 8-15 orang yang berhasil meninggalkan kota.
P: Alhamdulillah. Semoga Allah melimpahkan pahala kepada kalian atas perjuangan kalian.
Abu Sultan: Barakallahufiik. Semoga Allah memberi balasan kepada Anda juga.
P: Untuk mengakhiri ini, karena saya yakin Anda sangat sibuk, apakah ada sesuatu yang Anda ingin sampaikan kepada saudara-saudara kita dalam Islam? Atau bahkan kepada rezim Suriah, Bashar Asad, “Hizbullah” dan lainnya?
Abu Sultan: Saya ingin mengingatkan saudara-saudara kami di seluruh dunia tentang kewajiban jihad, yang diperintahkan Allah [dalam Surat Al-Baqarah] (2: 216), sebagaimana Allah memerintahkan puasa (2: 183). Saya akan menyambut saudara-saudara sesama muslim saya untuk meninggalkan kehidupan diskriminasi di bawah penindasan, rezim murtad, dan kafir, serta datang dan tinggallah di sini dengan respek dan kehormatan.
Dan saya katakan kepada musuh-musuh kami, hari-hari kalian terhitung, janji Bashar selalu berakhir dengan kepalsuan dan kebohongan. Jadi: “…takutlah kamu pada hari, (ketika) tidak seorang pun dapat menggantikan orang lain…” (2:123). Wa Shalallahu Ala Muhammad Wa Ala Alihi Wa Ashabihi Ajmain.
(banan/arrahmah.com)