Oleh Maryatiningsih
Aktivis Muslimah
Nuzulul Qur’an adalah momentum untuk memahami dan menyadari bahwa Al Qur’an sebagai dasar yang hakiki bagi manusia. Nuzulul Qur’an diperingati setiap tahun sekali di bulan Ramadhan. Sebagian umat Islam, kita berlomba-berlomba memperbanyak tilawahnya, memahami isinya, serta menghafalnya.
Seperti yang kita lihat di beberapa media, kementerian agama menggelar 350 Khataman Al Qur’an pada 16 Ramadan 1446 Hijriah. Kanwil Kemenag Sulawesi Selatan turut serta dalam peringatan Nuzulul Qur’an tersebut. Program yang bertajuk Indonesia khataman Al Qur’an di Sulsel diharapkan mampu mengembalikan semangat keislaman dan kebangsaan serta mengajak umat mulai mencintai, memahami dan meneladani Alquran. Sungguh sangat positif, namun ini baru sekedar diperingati, semoga bisa sampi titik dijadikan sebagai dasar atau landasan aturan hidup umat manusia.
Masyarakat begitu antusias untuk menyambut Nuzulul Qur’an, yaitu dengan melakukan aktivitas yang memprioritaskan untuk memuliakan Al Qur’an. Dengan cara dibaca,dihafal, dipahami dan diamalkan .
Sayangnya dalam sistem demokrasi kapitalisme, manusia menjadikan akal sebagai sumber aturan padahal jelas manusia itu lemah, tempatnya khilaf dan dosa maka berpotensi adanya pertentangan dan berkonsekuensi lahirnya permasalahan. Al Qur’an seharusnya menjadi landasan individu, masyarakat dan negara. Namun hari ini justru individu yang berpegang pada Al Qur’an dan menyerukan untuk kembali pada Al Qur’an dianggap radikal. Orang yang jujur, taat dengan aturan Allah dianggap mengancam pemerintah. Diasingkan dan dipersulit, bahkan menjadi pihak yang diacuhkan masyarakat yang katanya pro pemerintah .
Dalam sistem ini prinsip kedaulatan di tangan rakyat menjadikan manusia sebagai penentu hukum berdasarkan hawa nafsu dan kepentingan.
Berpegang pada Al Qur’an sejatinya konsekuensi keimanan dan seharusnya terwujud pada diri setiap muslim. Apalagi jika ingin membangun peradaban manusia yang mulia, Al Qur’an harus menjadi asas kehidupan , namun hari ini Al Qur’an diabaikan meski peringatan Nuzulul Qur’an setiap tahun diadakan bahkan oleh negara.
Umat harus menyadari kewajiban berpegang pada Al Qur’an secara keseluruhan dan memperjuangkan untuk menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup dalam semua aspek kehidupan dibutuhkan dakwah pada umat yang dilakukan oleh jamaah dakwah ideologis untuk membangun kesadaran umat akan kewajiban menerapkan Al Qur’an dalam kehidupan secara nyata, tidak hanya bagi individu, namun juga oleh masyarakat dan negara.
Wallahua’lam bi shawwab