(Arrahmah.com) – Zionis Yahudi dan Amerika sedang melakukan upaya untuk mencaplok Al-Quds. Mereka berusaha keras untuk menjadikan Al-Quds sebagai Ibu Kota Israel.
Beberapa hari yang lalu Presiden Amerika, Donald Trump mengatakan “Sepertinya saya akan berkunjung ke AlQuds di bulan ini, untuk memindahkan Kedutaan Amerika dari Tel Aviv.”
Sebelumnya Amerika juga telah mengumumkan bahwa waktu pemindahan Kedutaan Amerika dari Tel Aviv akan direalisasikan pada tanggal 14 Mei sekarang.
Deklarasi ini akan mengundang reaksi besar dari Rakyat Palestina khususnya. Bahkan, dari negara Arab dan Internasional, termasuk reaksi dari jutaan Masyarakat di Indonesia. Karena keputusan Amerika adalah standar ganda dan tidak berkesesuaian dengan hukum internasional.
Al-Quds dalam bahaya besar jika Zionis berhasil menjadikannya sebagai Ibu Kota Israel.
Jika Al-Quds menjadi ibu kota Israel berarti Israel akan dengan mudah melakukan penghancuran Masjid Al-Aqsa dan upaya pendirian ‘kuil solomon’ seperti yang mereka klaim.
Jika AlQuds menjadi Ibu Kota Israel berarti mereka bebas mengusir siapapun yang tidak memiliki kartu identitas Israel di kota Al-Quds dan mengusir seluruh penduduk asli yang ada disana.
Jika Al-Quds menjadi Ibu Kota Israel maka secara otomatis seluruh hak Palestina dan Umat Islam direbut. Yang seharusnya bangsa Palestina, Arab dan Islam bebas berziarah untuk datang ke salah satu tempat suci di kota AlQuds.
Dengan dalih menjaga keamanan ibu kota yang menjadi barometer stabilitas sebuah negara, maka hak ziarah itu dengan mudah akan dihapus Israel.
Jika Al-Quds menjadi Ibu Kota Israel maka Al-Quds akan dikendalikan sesuai dengan kemauan mereka. Termasuk berhak melakukan perluasan dan membangun Ibu Kota-nya sesuai keinginan mereka. Dengan dalih karena kini Al-Quds telah menjadi ibukota Israel. Seluruh kebijakan internasional tentang (kewajiban) menjaga warisan sejarah islam, kristen dan penisbahan kepada pemiliknya tidak lagi berlaku.
Jika Al-Quds menjadi Ibu Kota Israel maka dengan mudah mereka akan mendirikan pangkalan militer di AlQuds, serta mengirim tentara Israel secara resmi ke seluruh penjuru kota dengan sesukanya, kapanpun dan dengan cara apapun.
Jika Al-Quds menjadi ibu kota negara Israel, maka semua bentuk rekomendasi dari internasional, negara-negara Arab dan Islam akan mereka abaikan. karena (mereka menganggap) rekomendasi merupakan bagian dari penjajahan.
Jika Al-Quds menjadi Ibu Kota Israel maka mereka akan mengabaikan seluruh berkas dan berbagai dokumen resmi kepemilikan warga Al-Quds untuk dikuasai Israel dan dianggap sebagai hak milik negara.
Dan tentunya masih banyak bahaya-bahaya lain akibat dari pencaplokan ibu kota Palestina oleh Israel.
Belakangan ini kita melihat rakyat Palestina berjuang dengan keras. Tidak sedikit korban meninggal dunia dan korban luka di jalur Gaza karena bergabung dalam aksi kepulangan massal. Aksi tersebut adalah bentuk penolakan atas rencana Jahat Yahudi Israel dan Amerika. Baik menolak rencana pencaplokan Al-Quds ataupun rencana “deal of Century”. Jika kedua rencana itu berhasil diwujudkan penjajah. Maka mimpi buruk menanti masa depan Palestina dan bisa menjadi mimpi buruk bagi Umat Islam.
Akankah Umat Islam membiarkan Palestina berjuang sendirian?
Rakyat Palestina adalah ujung tombak dalam perjuangan ini. Perlu kita pahami bersama bahwa ujung tombak tidak akan mampu melesat dengan kuat tanpa adanya tangkai panjang yang memberikan daya dobrak dan kekuatan.
Palestina tidak akan memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan Zionis sendirian. Umat Islam harus menjadi tangkai panjang yang memberi kekuatan untuk rakyat Palestina yang berperan sebagai ujung tombak dalam perjuangan ini.
Oleh karena itu, kami menghimbau kepada seluruh elemen Masyarakat untuk hadir dalam Aksi Indonesia Bebaskan Baitul Maqdis yang berlangsung pada hari Jum’at 11 Mei 2018, bertempat di Monas Jakarta. Agenda dimulai sejak sholat subuh berjamaah hingga sholat Jum’at berjamaah.
Hanafie Attazikie
Ketua AlQuds Amanati Indonesia.
Anggota Koalisi Indonesia Bela Baitul Maqdis.
(ameera/arrahmah.com)