GAZA (Arrahmah.com) – Sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Hamas, Brigade Al-Qassam Izzuddin, mengutuk keputusan Israel untuk mencaplok atau menganeksasi Tepi Barat dan Lembah Yordania. Al-Qossam menganggap keputusan tersebut sebagai deklarasi perang.
Juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida dalam sebuah pidatonya dalam rangka memperingati hari operasi “Penculikan” tentang Israel, Gilad Shalit pada tahun 2006 hingga terbebasnya 1000 tahanan Palestina dari penjara Israel dalam proses pertukaran tawanan selama beberapa dekade, menganggap aneksasi Tepi Barat dan Lembah Yordan mengisyaratkan adanya proyek perlawanan yang akan menyapu penjajahan dari setiap inci tanah Palestina bersejarah.
Abu Ubaida menegaskan, perlawanan menganggap keputusan ini sebagai maklumat perang terhadap rakyat Palestina. Dan perlawanan dalam hal ini menjadi bukti kebenaran dan loyalitas bangsa Palestina untuk melindungi dan membela tanahnya dari penjajahan dan penodaan penjajah.
“Kami akan membuat musuh, Insya Allah, menggigit jari menyesal atas keputusannya. Mereka yang telah berbuat salah akan tahu kudeta mana yang mereka akan pilih,” tandasnya, sebagaimana dilansir Pusat Informasi Palestina, Jumat (26/6/2020).
Juru bicara Al-Qassam ini menekankan, sebelum keputusan zalim dan penjajahan ini, pihaknya tidak akan banyak bicara dan tidak akan banyak membuat pernyataan.
“Kami hanya akan mengucapkan beberapa kata saja. Mereka yang berada di belakang keputusan ini harus memahaminya dengan baik,” ujar Abu Ubaida.
Pada hari peringatan penculikan tentara Israel Shalit pada 2006, perlawanan berhasil membebaskan 1027 tahanan Palestina dalam kesepakatan “Wafaa Al-Ahrar” pada tahun 2011, Abu Ubaidah mengatakan, “Hari ini, kita memperingati proses disipasi yang dilakukan perlawanan Palestina pada 25 Juli tahun 2006 M. Tanggal ini menandai hari kemuliaan yang abadi dan titik balik penting dalam sejarah perlawanan rakyat Palestina.
“Tuhan Yang Maha Kuasa telah menentukan bahwa tanggal ini dan proses ini akan menjadi ikon impian Palestina untuk dapat membebaskan para tahanan, menghancurkan penjajah dan memaksakan perlawanan. Karena proses ini telah membuka jalan bagi kesepakatan loyalitas pertama pada tahun 2011, di mana perlawanan membebaskan sejumlah besar dan dianggap sebagai tahanan heroik meskipun ada jantung musuh Zionis,” kata Abu Ubaida.
Abu Ubaida mengirim pesan kepada para tahanan, “Kami ingat hari ini dan proses ini mengingatkan kita pada kenyataan bahwa rakyat kami masih hidup dalam keadaan yang sedang dialami Palestina saat ini. Kami telah membuat komitmen dan berjanji dengan para keluarga pahlawan kami yang mencapai kesepakatan pertukaran baru yang menjadi prioritas paling tinggi kami.
Dia juga menulis pesan kepada penjajah Israel, dan berkata, “Kami mengingatkan penduduk Zionis bahwa kesepakatan tidak akan berlalu tanpa pemimpin dan tahanan heroik yang telah jatuh dalam penjara Israel. Maka merekalah yang akan membayar semua ini dengan persetujuannya atau dengan penyeranganya.
“Agar para pemimpin Zionis tahu bahwa larangan yang dilanggar oleh mereka dalam memenuhi kesepakatan kebebasan akan rusak dan lebih banyak lagi. Maka Insya Allah kita tidak lelah dalam bernegosiasi dengan harga kurang dari harga ini,” lanjutnya.
“Ada banyak pilihan untuk perlawanan untuk menerapkan kehendaknya dalam kasus ini, hingga harga yang harus dibayar Zionis luar biasa dalam sejarah konflik dengan Zionis, berkat kemampuan dan kekuatan dari Allah tentunya,” pungkas Abu Ubaida.
(ameera/arrahmah.com)