GAZA (Arrahmah.id) – Brigade al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), pada Senin (2/9/2024) merilis pesan terakhir dari seorang tahanan perempuan yang termasuk di antara enam tahanan yang jasadnya ditemukan oleh tentara pendudukan Sabtu lalu (31/8) dari sebuah terowongan di kota Rafah di Jalur Gaza selatan.
Tahanan perempuan tersebut, Idan Yerushalmi, yang berasal dari Tel Aviv, mengatakan bahwa ia ditangkap dari sebuah konser di Reim pada 7 Oktober.
Yerushalmi (24) memohon kepada Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu dan pemerintahnya untuk melakukan segala hal yang diperlukan guna membebaskannya melalui kesepakatan pertukaran.
Ia merujuk pada kesepakatan pertukaran yang disepakati Netanyahu dengan Hamas pada 2011 untuk membebaskan tentara ‘Israel’ yang ditawan Gilad Shalit, yang membebaskan lebih dari 1.000 tahanan Palestina.
Ia bertanya, “Saat ini, mereka meminta kurang dari seperempat dari masing-masing dari kami, jadi apakah saya kurang berharga?” mengulangi pembicaraannya tentang alasan ia ditawan di tengah pengeboman yang tiada henti dan ketakutan akan kematian.
Ia menegaskan bahwa dirinya adalah “warga negara Israel”, dan menunjukkan besarnya penderitaan yang dialami oleh para tahanan ‘Israel’ di Gaza, sekaligus menuntut untuk kembali ke rumah dan keluarganya.
Ia menyerukan kepada warga ‘Israel’ untuk turun ke jalan guna menekan Netanyahu hingga ia mencapai kesepakatan yang memungkinkan para tahanan kembali ke rumah mereka, dan ia juga menyampaikan pesan emosional kepada keluarganya.
The last words of the murdered prisoner Idan Yerushalmi addressed to Netanyahu and the Israelis #NetanyahuHope killed the prisoners pic.twitter.com/WxI0fecZCm
— Abo Obaida (@Abo_Obaida3) September 2, 2024
Publikasi video ini muncul setelah pidato panjang Netanyahu yang menyatakan bahwa ia tidak akan meninggalkan Koridor Philadelphia apa pun tekanannya, dan bahwa ia tidak akan menunjukkan fleksibilitas apa pun terkait masalah-masalah sensitif, sebagai tanggapan atas tekanan internal dan internasional yang menuntutnya untuk membuat konsesi guna mencapai kesepakatan pertukaran tahanan, dan setelah sebuah foto berisi ancaman yang dipublikasikan oleh Al-Qassam, di mana memperlihatkan salah satu pejuangnya memegang pistol di tangannya di depan seorang tahanan ‘Israel’ dengan kalimat yang jelas dalam bahasa Arab dan Ibrani: “Tekanan militer sama dengan kematian dan kegagalan. Kesepakatan pertukaran sama dengan kebebasan dan kehidupan.”
Beberapa jam sebelumnya, Al-Qassam menyiarkan foto keenam tahanan ‘Israel’, dan mengatakan bahwa mereka akan menyiarkan pesan terakhir mereka sebelum mereka dibunuh.
Pada Ahad (1/9), Al-Qassam menyiarkan sebuah pesan kepada masyarakat ‘Israel’ yang menyatakan bahwa “Netanyahu lebih memilih Koridor Philadelphia dengan mengorbankan pembebasan tahanan kalian,” dengan mencatat bahwa para tahanan ini masih hidup tetapi sekarang sudah menjadi masa lalu, dan menekankan bahwa Netanyahu sedang menciptakan lusinan Ron Arad.
Pada 23 April, juru bicara Brigade Abu Ubaida mengatakan bahwa “skenario Ron Arad paling mungkin terulang dengan tahanan musuh di Gaza,” dengan menekankan bahwa “apa yang disebut tekanan militer hanya akan mendorong kami untuk berdiri teguh pada posisi kami dan menjaga hak-hak rakyat kami dan tidak mengabaikannya.” (zarahamala/arrahmah.id)