DAMASKUS (Arrahmah.id) – Asy-Syaikh Abdullah Al-Muhaisini, seorang ulama dan hakim syar’i yang aktif dalam konflik Suriah, mengungkapkan pandangannya mengenai perubahan sikap Ahmad Asy-Syaraa, yang lebih dikenal sebagai Al-Jaulani. Dalam analisisnya, Al-Muhaisini menyoroti langkah kontroversial pemimpin Haiah Tahrir al-Sham (HTS) ini, termasuk kebijakan amnesti/pengampunan umum yang mengejutkan banyak pihak.
Keputusan Mengejutkan: Amnesti untuk Musuh
Setelah bertahun-tahun perjuangan melawan rezim Bashar Al-Assad, rakyat Suriah menyimpan dendam mendalam akibat 14 tahun pembantaian, penyiksaan di penjara Sednaya, dan serangan bom kimia. Banyak yang ingin membalas kezaliman tersebut. Namun, Ahmad Asy-Syaraa mengambil keputusan mengejutkan dengan memberikan amnesti kepada pihak-pihak yang sebelumnya terlibat dalam kekejaman terhadap rakyat Suriah.
Menurut Al-Muhaisini, keputusan ini sulit diterima oleh masyarakat. “Lebih sulit daripada memikul gunung,” ujarnya. Namun, ia juga memahami bahwa kebijakan tersebut diambil demi menjaga stabilitas negara dan mencegah kekacauan yang lebih besar.
Kudeta Kamis Kelabu dan Kembali Pecahnya Perang
Namun, situasi berubah drastis saat sisa-sisa rezim Bashar melakukan kudeta yang terencana pada Kamis Kelabu. Mereka membunuh 500 petugas keamanan, merusak mayat, melakukan kekejaman, dan merebut kembali wilayah yang luas.
Rakyat Suriah pun bangkit untuk merebut kembali setiap jengkal tanah. Angkatan bersenjata bergabung dengan warga sipil, membuat pertempuran semakin kacau. Balas dendam terjadi di mana-mana, bahkan pihak rezim lama diduga sengaja melakukan pembantaian untuk memancing intervensi internasional.
Kepemimpinan Tegas Ahmad Asy-Syaraa (Al-Jaulani)
Di tengah kekacauan itu, dalam waktu kurang dari 24 jam, negara berhasil menegakkan kewibawaannya, mencegah pelanggaran lebih lanjut, dan membentuk komite pencari fakta dalam waktu 30 hari.
“Demi Allah, jika bukan karena kepemimpinan Ahmad Asy-Syaraa (Al-Jaulani), negara akan berubah menjadi sungai darah yang hanya diketahui oleh Allah!” ujar Al-Muhaisini. Ia menegaskan bahwa jika hukum jalanan yang berlaku, maka balas dendam akan menjadi pengendali situasi.
Peringatan Keras Al-Muhaisini
Mengakhiri pernyataannya, Al-Muhaisini mengingatkan dunia untuk belajar dari peristiwa ini.
“Sebelum kalian berbicara, lihatlah kudeta apa pun yang terjadi di dunia! Apa yang terjadi setelah pemberlakuan keadaan darurat dan keputusan tegas? Lalu ingatlah pembantaian terhadap rakyat kita selama 14 tahun dan serangan bom kimia. Baru bukalah mulut kalian!”
Pandangan Al-Muhaisini ini menegaskan kompleksitas konflik Suriah dan peran Ahmad Asy-Syaraa dalam menjaga stabilitas pasca-perang. Meski kebijakan amnesti yang diambil menuai kontroversi, ia tetap menjadi sosok yang berhasil mengendalikan situasi dan mencegah kehancuran lebih lanjut.
(Samirnusa/arrahmah.id)