Gaza – Salah seoarang pemimpin politik Hamas, DR. Usamah Al-Mazini membantah keras apa yng diungkapkan media Israel bahwa pemerintahan Ehud Olmert menolak tawaran Hamas untuk menuntaskan pertukaran tawanan.
Al-Mazini menyebutkan, gerakan Hamas menolak segala bentuk politik penggembosan masalah tawanan Gilad Shalit oleh siapapun.
Sebelumnya harian Israel Yedeot Aharonot mengklaim bahwa pemerintahan Olmert menolak tawaran Gerakan Hamas terkait dengan transaksi pembebasan Giladh Salit dengan dua syarat utama, yaitu Hamas dapat kemudahan untuk membuka perlintasan Rafah serta mengadakan hubungan dengan pemerintahan Ismael Haneya.
Dalam harian disebutkan, Wakil Perdana Menteri Israel, Hayem Ramón telah meminta menteri Intelijen Mesir, Umar Sulaiman untuk menjadi mediator kembali dalam pembebasan prajurit Giladh Shalit yang ditangkap Hamas sejak setahun kemarin.
Al-Mazini menegaskan dalam harian “Palestina” kemarin Selasa (31/7) “Sejak penutupan pelintasan Rafah, atau pasca penangkapan Shalit Hamas menolak mengajukan tawaran pada Israel. Apalagi dengan melupakan pembebasan ribuan tawanan Palestina hanya demi pengakuan Israel atau permintaan pembukaan perlintasan Rafah kepada Israel.
Ia menyebutkan, apa yang dilansir di media Israel tersebut adalah sebuah “kebodohan” dan pengkerdilan masalah. Tujuan utama propaganda tersebut adalah ingin menguji pdinsif-prinsif Hamas dan komitmenya dalam masalah tawanan.
Al-Mazini juga menolak ada pembicaraan baru dengan pihak Mesir terkait transaksi pertukaran tawanan. Ia menegaskan, pihaknya masih komitmen dengan syarat-syarat sebelumnya. “Kami tidak ada keinginan sedikitpun untuk mundur dari tuntutan kami sebelumnya, bahkan kalau mungkin akan lebih ditingkatkan menjadi 11400 tawanan, ungkapnya. Sebab ada tambahan tawanan sekitar 1400 yang lain.
Perundingan pertukaran tawanan terhenti ketika penyebutan sejumlah nama. Yang kami inginkan adalah pertukaran yang transfaran, jelas dan seimbang, termasuk dalam pase-pasenya. Yang belum disepakati adalah sejumlah nama yang mau dibebaskan. Pihak Hamas telah menyerahkan sejumlah nama yang tercatat menerima vonis berat. Namun kami dikagetkan dengan mundurnya Israel dari kesepakatan ini dan berusaha membalikan fakta.
Terkait dengan kasus warga yang terkatung-katung di perlintasan Rafah yang semakin hari semakin mengkhawatirkan Al-Mazini menegaskan, solusi perlintasan Rafah berada di tangan Mahmud Abbas. Hal ini diakui oleh semua pihak. Seperti Eropa menerima untuk kembali membahas masalah ini. Sementara Mesir telah mengkhabarkan kepada pihak Hamas bahwa masalah ini berada di tangan Abbas. Pihaknya sedang bersiap membuka kembali perlintasan ini kepada Abbas. Ia menyebutkan, bahwa Mesir ingin membahas masalah ini dengan tiga pihak.
Al-Mazini mengakhiri pernyataanya, bahwa Presiden Abbas ingin memanfaatkan kesengsaraan rakyat untuk mendesak Hamas agar menganulir langkahnya di Gaza, supaya para pengacau keamanan bebas melakukan kejahatanya. Di samping memaksa Hamas agar mengikuti persyaratan Abbas yang tidak mungkin diterima. (asy)
Sumber: Infopalestina