Oleh: Betty JN
(Arrahmah.com) – Islam bermula hadir ditengah masyarakat dengan budaya syair yang populer. Kala itu bangsa Arab terbiasa dengan syair-syair. Bahkan tak jarang dilombakan. Barangsiapa syairnya memiliki keindahan lebih dari yang lain, maka mendapatkan kedudukan terhormat di tengah masyarakat.
Al-Quran hadir sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW. Siapapun masa itu mengakui ketinggian syair Alquran. Baik dari sisi bahasa maupun kandungan maknanya. Meski orang-orang yang berpenyakit hatinya mengingkari dan menyembunyikan kekagumannya terhadap Alquran. Namun tak sedikit yang akhirnya memeluk Islam.
Adalah Al Khansa’ seorang penyair besar dan shahabiyah yang mulia. Sebagian besar syair-syairnya serta kisah indahnya di dalam Islam terukir dalam sejarah. Dalam kitab Asadul Ghabah, Ibnu Atsir mengatakan, “Para ahli syair telah bersepakat bahwa tidak ada seorang wanita pun dari generasi sebelumnya maupun sesudahnya yang lebih ahli dalam bidang syair daripada dia.”
Sebelum tersentuh oleh cahaya Islam, Al Khansa’ binti ‘Amr bin Asy Syarid As Sulamiyyah terkenal dengan syairnya yang berisi ratapan-ratapan kesedihan. Salah satu yang terkenal adalah syair Al Mutaqarib. Syair yang disenandungkannya karena kesedihannya yang mendalam sebab meninggalnya saudara yang paling disayanginya yaitu Shakhr, menyusul Mu’awiyah yang meninggal terlebih dahulu.
Namun ketika Al Khansa’ beserta kaumnya berjumpa dengan Rasulullah SAW dan memeluk Islam, diapun berubah menjadi seorang penyair yang memiliki kesabaran indah.
Kesabaran Al Khansa’ terlihat dalam kisahnya pada saat Perang Qadisiyyah. Al Khansa’ memiliki empat orang putra. Berbekal nasihat dan perkataan ibunya Yang mampu mengobarkan semangat meraih ridho Allah SWT dengan visi mendapat kehormatan di negeri keabadian dan kemuliaan, keempat putra Al Khansa’ berangkat Ke Medan perang.
Hingga sampailah kabar bahwa keempat putranya semua syahid dipertempuran.Diapun berkata, “Segala puji bagi Allah Yang telah memuliakan diriku dengan kematian mereka. Aku berharap kepada Rabbku agar Dia mengumpulkan aku dengan mereka di kediaman Yang penuh dengan Rahmat-Nya.”
Sungguh, Islam telah memberikan pendidikan keimanan bagi hati Al Khansa’, hingga ia tunduk terhadap perintah Allah SWT dan ridha terhadap ketentuan-Nya. Sehingga ketika dulu ia meratap dengan kesedihan mendalam atas kematian saudaranya, kemudian berubah menjadi kesabaran yang indah atas kematian keempat putranya.
Begitulah Al Khansa’ meyakini firman Allah SWT,
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Ali Imran: 169-170)
Wallahua’lam.
*Disarikan dari buku 66 Muslimah Pengukir Sejarah
(ameera/arrahmah.com)