ARAB SAUDI (Arrahmah.com) – Mengutip ulasan Sunny Hundal, penulis buku “India Dishonoured: Behind a Nation’s War on Women“, pada Al-Jazeera, Senin (26/8/2014), ISIS dinyatakan “lebih mengancam Ummat Islam daripada dunia barat.” Menurutnya, Ummat Islam akan lebih terancam integrasi dan solideritasnya dengan keberadaan ISIS.
Mengawali penjelasannya tentang gagasan tersebut, Sunny mengutip sebuah video rilisan seorang anggota ISIS warga Kanada, Abu Muslim, sebelum kematiannya sebagai berikut.
“Aku seperti orang Kanada biasa lainnya. Aku menonton hoki, pergi ke pondok peristirahatan di musim panas, aku suka ikan, aku ingin pergi berburu … Aku orang biasa – hingga tiba pada bagian pentingnya – semua orang bisa menyumbangkan sesuatu kepada Daulah IS, karena wajib bagi kita … Jika Anda memiliki pengetahuan tentang bagaimana membangun jalan dan rumah-rumah, Anda dapat berguna di sini.”
Andre Poulin, begitu nama yang tertulis dalam akta lahirnya, telah dikonfirmasi meninggal dunia pada bulan Januari tahun ini. Ia merupakan salah satu Mujahid Kanada pertama yang berjuang untuk kelompok IS di Suriah. Video tersebut disusul dengan video perekrutan yang dirilis pada bulan Juli sebagai pamer kekuatan ISIS (metamorfosis IS). Bagi yang bukan awam, video tersebut menyimpan kejutan yang membuat berbagai pemerintah galau.
Bahkan, banyak ahli terkejut saat menganalisa video tersebut. Beberapa dari mereka mengatakan bahwa video tersebut nampak terlalu lihai untuk ukuran pejuang yang direkrut secara “amatiran”, terlalu “licin”. Begitupula video yang dirilis anggota ISIS Indonesia, rasanya boleh dikatakan terlalu profesional. Siapakah gerangan mereka? Agenkah? Siapa di belakang mereka? Konspirasi apalagikah?
Lebih dari itu, rilis-rilis tersebut berhasil memainkan gejala paranoia di pemerintah di seluruh dunia. Ketakutan negara-negara berfokus pada banyaknya warga negara mereka berubah haluan menuju ke arah yang sama, berpaling menuju ISIS. Baik mereka yang benar-benar ingin berjihad karena merindu khilafah, mereka yang gagal berkehidupan sosial mencari pencerahan di medan perang, ataupun mereka yang pesakitan secara psikis seperti Abu Abdul Rahman sang Jagal – berdasarkan laporan Rumah Sakit Jiwa di Belanda – yang melampiaskan obsesi kompulsifnya untuk memenggal kepala orang, semua saru dalam tubuh organisasi bernama ISIS.
Pembentukan ISIS merupakan ancaman yang jauh lebih besar bagi umat Islam daripada yang dilakukannya kepada barat. Pemerintah Barat boleh jadi khawatir sel-sel tidur berbasis rumah atau Muslim radikal kembali ke Irak, tetapi umat Islam di Timur Tengah dan tempat lain memiliki kekhawatiran lagi terhadap “Khilafah Al-Baghdadi”. Bahkan pemenggalan kepala brutal dan mengerikan dari wartawan James Foley –terlepas dari itu seuah rekayasa photoshop- tidak mengubah apa pun, jumlah warga Irak yang dipenggal oleh pejuang ISIS jauh, jauh lebih banyak lagi.
Kisah mendalam ISIS, mainan baru AS dalam kontra-terorisme?
Dalam banyak hal mungkin berdirinya “Khilafah Al-Baghadadi” merupakan perkembangan terburuk dalam sejarah Islam baru-baru ini sejak 9/11. Ada dua alasan untuk ini menurut Sunny.
Pertama, kemungkinannya sangat kuat untuk menimbulkan kerusuhan yang lebih besar di negara-negara di mana Muslim tidak mayoritas, dan kedua, kelompok ISIS bisa dijadikan isu hangat untuk AS agar dapat mengobrak-abrik Timur Tengah dan negara-negara dengan penduduk mayoritas Muslim dengan dalih kontra-terorisme. Dengan demikian dapat menyebabkan kerusuhan selama beberapa generasi melalui deradikalisasi pemahaman Ummat Islam dan memandulkan semangat jihad generasi Muslim mendatang.
Dalam waktu yang sangat singkat ISIS telah menjadi organisasi yang paling menarik dan menyedot perhatian para pejuang Muslim di seluruh dunia, lebih dari apa yang sejarah barat tuduhkan terhadap Al-Qaeda, sebelumnya. Sebut saja India, yang memiliki penduduk Muslim terbesar kedua di dunia, begitu shock setelah 4 simpatisan ISIS telah muncul tersebar mulai dari Kashmir di utara, hingga ke Tamil Nadu di selatan. Padahal sebelumnya, tidak ada satu orang pun tercatat seorang Muslim India telah berjuang untuk Al-Qaeda. Maka sekarang India khawatir bahwa akan adal lebih banyak warga yang akan mengikuti jejak keempat orang itu.
Dampak fenomena ini dapat menghancurkan hubungan masyarakat secara global, seperti di Kanada, India, AS, dan Eropa, dimana ulamanya, seperti Omar Sulaeiman tidak setuju dengan paham ISIS yang khawarij dan tidak mencerminkan Islam sama sekali. Sekali lagi, kecurigaan akan mudah dibangkitkan akibat Islamofobia tentang simpatisan ISIS di barat, terlebih perilaku mereka menimbulkan ancaman.
Hingga saat ini, berdasarkan sebuah jajak pendapat telah menemukan dukungan bagi ISIS sebesar 16 persen di Perancis. Media berita pun melaporkan Muslim Amerika atau Eropa yang bergabung dengan grup ISIS menyerukan kekerasan dalam videonya (lihat menit ke 34). Hal tersebut lebih meningkatkan ketegangan dan menodai agama Islam.
Kedua dan yang lebih penting, “Khalifah Al-Baghdadi” telah memicu ketidakstabilan politik dan teologis di seluruh Timur Tengah, dan jika mereka terus berkembang, bisa menjerumuskan daerah itu ke dalam kekacauan yang lebih besar. Kelompok ini telah mendorong ledakan bom dan pertempuran di Lebanon, Yordania dan Kuwait. Pemerintah khawatir bahwa sel-sel tidur dapat menyerang setiap saat.
Bahkan Arab Saudi menyatakan siaga tingkat tinggi, khawatir bahwa kelompok ISIS akan datang dengan kekuatan untuk menumbangkan kekuatan Muslim yang menguasai Ka’bah saat ini. Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, seorang pembelot senior dari ISIS mengatakan bahwa pemberhentian mereka berikutnya mencakup Mekkah dan Madinah.
Penguasa Arab Saudi yang dikabarkan sudah bergelimangan dunia sekarang panik total. Mereka secara gelap mata mengirimkan uang kepada tentara Lebanon dan Hizbu Syaithon, mendukung pendanaan upaya kontra-terorisme PBB, dan bahkan menginstruksikan Mufti senior untuk mengutuk kelompok jihad secara merata tanpa pandang bulu. Hebat. Satu organisasi dapat membunuh organisasi tak bersalah lainnya.
Sebetulnya ISIS merupakan keturunan langsung dari Al-Qaeda karena sebelumnya lahir dari Al-Qaida Iraq (AQI). Namun, ada satu perbedaan utama yang dicetuskan para pemimpin ISIS yang percaya bahwa melawan pejuang “murtad” lebih penting daripada memerangi non-Muslim untuk saat ini. Pandangan siapa lagikah ini? Siapa yang menghembuskan kalimat adu domba bahwa mereka ingin menyatukan Timur Tengah di bawah panjinya sebelum benar-benar mengubah pandangan mereka terhadap AS dan Eropa?
Kekhalifahan mereka, mengatakan kepada pejuangnya bahwa, tidak akan pernah benar-benar kuat agama ini (Islam, menurut ISIS) kecuali orang-orang murtad dan Muslim “palsu” diberagus habis. Namun akhirnya, definisi mereka tentang siapa yang “murtad” meluas dan memasukkan siapa saja yang berdiri melawan mereka ke dalam daftar wajib pancung. Astaghfirullahal adziim.
Sementara, Al-Qaeda selalu melihat pemahaman ISIS sebagai strategi yang buruk, karena berisiko Muslim seluruh dunia mengasingkan Mujahidin. Al-Qaeda memiliki pendekatan yang humanis, meski tak melupakan betapa pentingnya penanaman aqidah yang mengakar dan tetap pada manhaj jihad yang kokoh. Jika para Mujahidin memiliki keutuhan tauhid, maka smua pola geraknya akan sangat mengikuti apa yang dicontohkan Rasululloh shalallahu ‘alayhi wasallam.
Apapun langkah ISIS, baik perannya dalam memerangi syi’ah dan rezim Assad di Suriah, ancaman terbesar tetap menghantui Arab Saudi yang kini menguasai Ka’bah, kiblat Muslim seluruh dunia. Wallahu a’lam bishowab. (adibahasan/arrahmah.com)