International Jihad Analysis – Al Jazair kembali bergejolak. Sebuah aksi syahid terjadi di Ibu Kota Al Jazair, Algiers, menewaskan 33 murtadin. Aparat kepolisian langsung diturunkan ke jalan-jalan, mendirikan sejumlah pos pemeriksaan untuk mengantisipasi kemungkinan aksi susulan. Aksi syahid di Al Jazair ini terjadi hampir bersamaan dengan serangan bom di pusat ekonomi Maroko, Casablanca.
Tandzim Al-Qaeda di Al Jazair, atau Tandzim Al-Qaeda Biladil Maghrib Islami (Al Qaeda di Negara-negara Islam Afrika Utara) menyatakan bertanggung jawab atas aksi syahid tersebut. Tandzim yang dahulunya sebelum bergabung dengan Al-Qaeda bernama The Salafist Group for Call and Combat (GSPC) atau dalam bahasa Arabnya Al Jama’ah As Salafiyyah lid Da’wah wal Qital memang dikenal sangat berkonsentrasi dalam memerangi pemerintahan murtad sekuler Al Jazair sejak satu dekade ini.
Sayap baru Al-Qaeda di Al Jazair itu telah melakukan serangkaian aksi syahid menggunakan bom mobil, yang menghancurkan masa ‘tenang’ sementara di Aljazair setelah 15 tahun terlibat dalam perang, dan telah menewaskan lebih dari 200.000 orang. Serangan-serangan itu mengindikasikan bangkitnya jaringan Al Qa’ida di wilayah Afrika Utara.
Meski terjadi serangan-serangan bom, Perdana Menteri Aljazair Abdelaziz- Belkhadem menegaskan bahwa pemilihan umum nasional yang dijadwalkan pada 17 Mei akan tetap dilaksanakan. “Tujuan mereka adalah sebuah bentuk provokasi menjelang pemilu. Mereka yang melakukan kekerasan berarti menyingkirkan dirinya dari proses politik dan pemilu adalah bagian dari proses politik itu,” ungkapnya.
Demikian laporan-laporan dari kantor berita kuffar Barat seperti AP, AFP, dan REUTERS.
Sementara itu situs berita Ar Rahmah melaporkan bahwa aksi syahid di Ibo Kota Al Jazair diakui Al-Qaeda Al Jazair secara resmi dan dipublikasikan di website mereka, dan juga di forum Al-Ekhlaas dan forum-forum jihad lainnya.
Mereka menyatakan bahwa bom istisyhad pertama dilaksanakan oleh Abdul Rahman Abu Abdul Naasir. Beliau mengendarai sebuah truk bermuatan lebih dari 800 kg bahan peledak, kemudian meledakkannya di dekat gedung Mahkamah Agung Aljazair dan gedung Dewan Konstitusional juga sekolah polisi yang berada di dekatnya juga di wilayah Ben Aknon. Mereka mengklaim serangan tersebut berhasil membunuh 50 kuffar dan murtaddin, dan melukai belasan lainnya.
Mereka tidak ada memberikan pernyataan mengenai mahasiswa dalam sebuah bis universitas yang diberitakan terkena bom tersebut. Kenyataannya, itu bukan sesuatu yang disengajakan. Tidak ada alasan bagi mereka untuk dengan sengaja meledakkan bis tersebut. Orang-orang kafir dan munafiq sengaja ingin menggambarkan seakan-akan mereka adalah orang-orang kejam yang tidak punya aturan. Tapi sebenarnya tidaklah begitu karena agama mereka tidak mengajarkan begitu.
Sementara itu, operasi istisyhad kedua dilaksanakan oleh Syakh Ibrahim Abu Utsman. Dengan mengendarai sebuah truk berisi tidak kurang dari 800 kg bahan peledak menyerang Markas PBB di distrik Hydra. Mereka mengklaim serangan tersebut berhasil membunuh 60 kuffar dan murtaddin dan melukai belasan orang lainnya.
Al Jazair, Sejarah dan Perkembangan Dakwah
Al Jazair terletak di barat-laut Afrika dengan pantai sepanjang Laut Tengah di sebelah utara, berbatasan dengan Tunisia di timur laut, Libya di timur, Niger di sebelah tenggara, Mali dan Mauritania di barat laut, dan Maroko di barat. Nama Algeria berasal dari nama ibu kotanya Algiers yang berarti kepulauan (al-jazā’ir, dalam bahasa Arab). Ini mungkin merujuk kepada 4 buah pulau yang terletak berdekatan dengan Algiers. Algeria merupakan negara kedua terbesar di benua Afrika.
Aljazair adalah salah satu negara di Afrika Utara. Aljazair dijajah oleh Prancis yang membawa budaya dan agamanya di tengah-tengah kaum muslimin yang berbahasa Arab, sehingga gerakan Prancisiasi dan kristenisasi berjalan gencar di sana . Keadaan Aljazair kurang lebih sama dengan keadaan negara-negara kaum muslimin di dunia ini yang dijajah oleh imprealisme barat.
Perkembangan dakwah dan jihad di Al Jazair cukup lama berlangsung melalui suka,duka dan pelbagai Peristiwa. Dakwah di Al Jazair sudah dimulai sejak tahun 1931-an. Tersebutlah Syekh Abdul Hamid Badis yang pada tahun 1931 bersama para ulama Al Jazair mendirikan organisasi Jum’iyah Al-Ulama Al-Muslimin Al-Jazairiyyah, dimana ide pendirian organisasi ini timbul pertama kali pada tahun 1913 yang dikemukakan oleh Ibnu Badis dalam pertemuan dengan temannya dari Al Jazair yang bernama Syekh Muhammad Basyir Al-Ibrahim, dan pertemuan tersebut berlangsung di Madinah.
Sejalan dengan perkembangan waktu, beragam dakwah dan harakah berkembang di Al Jazair, mulai dari dakwah salafiyyah, yang sedari awal mendominasi, lalu harakah Ikhwanul Muslimin, Jama’ah Tabligh, bahkan Thariqat Shufiyyah.
Pada tahun 1401 H / 1980 M, muncul tokoh yang menyerukan jihad, yaitu Musthafa Abu Ya’la dengan kelompoknya bernama Al-Jama’ah Al-Islamiyyah. Sebagaimana kita ketahui, jamaah ini awal mulanya tumbuh di Mesir dengan nama Jama’atul Jihad dan menyebar hampir di seluruh negara Arab.
Pada tahun itu pula terjadi demonstrasi besar-besaran di kampus Universitas Kampus Aljier yang diadakan oleh berbagai kelompok, yang sebagian besar menuntut diterapkannya syari’at Islam di Aljazair. Pemerintah menangkap pimpinan-pimpinan aksi dan menjebloskan mereka ke penjara. Setelah itu dakwah di Aljazair diberangus akibat peristiwa demonstrasi dan penangkapan tersebut. Begitu pula dakwah amar ma’ruf nahi munkar kepada penguasa murtad sekuler Al Jazair terhenti dengan berbagai malapetakanya.
Situasi tegang dan represif terus berlangsung, dimana pada tahun 1412 H / 1991 M, pemilu diadakan di Aljazair yang berakhir dengan kemenangan FIS secara mutlak pada urutan pertama, sehingga presiden Jedid akhirnya dipaksa mengundurkan diri. Ketika ia mundur dari jabatannya, pihak militer mengumumkan keadaan darurat, sehingga pemilu dibatalkan dengan alasan terjadi kecurangan. Partai-partai politik diberangus dengan Undang-undang keadaan darurat. Keadaan semakin kacau.
Muhammad Bodiaf, tokoh sosialis, yang sedang berada di tempat pengasingannya di Maroko, dipulangkan ke Aljazair untuk diangkat sebagai Presiden Aljazair. Dua ratus orang aktifis FIS ditangkap dan bersamaan dengan itu muncullah sayap militer FIS atau yang dikenal dengan nama GIA (Groupe Islamique Armee) atau Armed Islamic Group, veteran jihad Afghan yang merupakan cikal bakal Jama’ah Salafiyyah lid Da’wah wal Qital.
Pada perkembangan berikutnya, kiprah GIA menjadi ekstrim, membenarkan pembunuhan warga sipil dari kalangan umat Islam yang tidak mendukung kegiatan GIA. Akhirnya situasi di Al Jazair menjadi semakin kacau pada saat itu, dimana pembunuhan kaum muslimin yang terlibat dalam FIS dilakukan oleh pemerintah militer. Sedangkan pembunuhan terhadap kaum muslimin yang terlibat dengan pemerintah dilakukan oleh sayap militer FIS.
Kemunculan Tandzim Al-Qaeda Biladi Maghrib Islami
Sebelum menjadi Tandzim Al-Qaeda Biladi Maghrib Islami atau The al-Qaeda Organization in the Islamic Maghreb, harakah ini dikenal juga dengan nama Salafist Group for Preacing and Combat yang dalam bahasa Arabnya adalah Al Jamaa’ah As Salafiyyah lid Da’wah wal Qital. Dalam bahasa Perancis kelompok ini disebut Groupe Salafiste pour la Predication et le Combat, disingkat dengan GSPC; dan juga dikenal dengan nama Group for Call and Combat. Harakah ini adalah kelanjutan dari harakah GIA atau Armed Islamic Group sebuah harakah salafy jihadi yang memiliki tujuan untuk menurunkan pemerintahan Al Jazair dan mendirikan Negara Islam.
Al Jamaa’ah As Salafiyyah lid Da’wah wal Qital atau GSPC ini didirikan oleh Hassan Hattab, seorang pendiri GIA (Armed Islamic Group) komandan regional yang keluar dari GIA di tahun 1998 yang memprotes atau tidak setuju dengan pembunuhan warga sipil oleh GIA. Setelah amnesti di tahun 1999, beberapa pejuang GIA menggantung senjata mereka, namun beberapa yang lain tetap aktif, termasuk anggota-anggota GSPC.
Saat ini anggota GSPC diperkirakan berjumlah 4000-an pejuang. Di bulan September 2003, kedudukan Hattab sebagai pimpinan pusat GSPC digantikan oleh Nabil Sahraoui (Syekh Abu Ibrahim Mustapha), dia berumur 39 tahun, seorang komandan senior yang ditengarai memiliki koneksi dengan Al-Qaeda. Tidak beberapa lama setelah penggantian ini, Sahraoui wafat di bulan Juni 2004, dan posisinya langsung digantikan oleh Abu Musab Abdul Wadud.
Sebuah pecahan atau kelompok menyempal dan disebut dengan Kelompok Hattab’s, menjadi Free Salafist Group (GSL), dipimpin oleh El Para, ditengarai melakukan penculikan 32 turis Eropa di Al Jazair sekitar awal 2003. Beberapa sumber yang lain mengklaim bahwa gerakan ini didalangi oleh intelejen Al Jazair sendiri.
Di bulan maret 2005, beberapa sumber di GSPC menyatakan menyetuji inisiatif rekonsiliasi yang ditawarkan oleh pemerintah. Di bulan Maret 2006, pimpinan awal kelompok ini, Hassan Hattab, meminta para anggotanya untuk menerima amnesti dari pemerintah. Tetapi di bulan September 2006, pimpinan Al-Qaeda, Ayman al-Zawahri mengumumkan sebuah “penyatuan yang penuh berkah” diantara mereka dan mendeklarasikan bahwa Perancis adalah musuh. Mereka mengatakan akan bekerja bersama melawan Perancis, dan kepentingan-kepentingan Amerika. Di bulan Januari 2007, GSPC mengumumkan nama baru yang menunjukkan aliansi mereka dengan Al-Qaeda.
Abu Musaab Abdul Wadud yang sebelumnya adalah pimpinan Al Jama’ah As Salafiyyah Lid Da’wah wal Qital adalah sosok yang berhasil menggabungkan harakah tersebut dengan harakah jihad global, Al-Qaeda. Pada hari Rabu, tanggal 13 September 2006, beliau mengumumkan penggabungan jama’ah tersebut.
Dalam peryataan beliau yang dipublikasikan luas di beberapa situs salafy jihadi, Syekh Mussab Abdul Wadud menyatakan bahwa sebelumnya bergabung mereka telah berhubungan selama kurang lebih setahun.
Syekh Abdul Wadud menyatakan bahwa alasan penggabungan jama’ah ini adalah dikarenakan musuh, kaum kuffar telah bersatu padu dalam menghancurkan Islam dan kaum muslimin, di Al Quds, di Irak, di Afghanistan. Untuk itu, wajib bagi mujahidin untuk bersatu menghadapi setan-setan yang telah bersatu padu. Wajib bagi kita untuk menghadapi koalisi dengan koalisi, ungkapnya lagi. Amerika tidak akan dapat dikalahkan kecuali dengan khekhilafahan.
Syekh Abdul Wadud juga menyatakan keyakinannya bahwa penggabungan jamaah salafiyyah lid da’wah wal qital dengan Al-Qaeda akan membuat para salibis marah dan bersedih. Untuk itu, beliau sepakat, setelah bermusyawarah dan memohon petunjuk Allah untuk yang terbaik,yakni menggabungkan diri dengan Al-Qaeda, dan meneruskan jihad di Al Jazair sebagai jundullah di bawah arahan Syekh Usamah bin Ladin semata-mata karena Allah.
Beliau juga mengatakan bahwa penggabungan yang dilakukan sedikit banyak juga karena mereka telah belajar dari pengalaman yang panjang dan pahit dalam gerakan jihad bahwa penggabungan adalah hal yang terbaik dan yang terburuk adalah berpecah belah.
Penggabungan adalah alasan utama untuk menyelamatkan kita daripada kesesatan dan kejahatan yang lain. Ini adalah untuk gerakan jIhad secara umum terutama yang baru tumbuh tanpa pengalaman, dan niscaya perpaduan akan membawa kejayaan dan perpecahan adalah puncak kekalahan.
Peryataan dan harapan di atas teryata terbukti, alhamdulillah. Dengan penggabungan tersebut, Mujahidin di Al Jazair memiliki kekuatan yang berlipat-lipat, terutama kemampuan tempurnya. Disebut-sebut nama Syekh Abu Mus’ab As Syuri penulis kitab Dakwah Al Muqawwamah Al Islamiyah Al ‘Alamiyah, memiliki andil besar dalam melipat gandakan kekuatan jamaah Salafi lii Dakwah Wal Qital yang kemudian mendeklarasikan diri sebagai tandzim Al-Qaeda biladil Maghrib Islami tersebut. Dan serangan-serangan yang gencar dilakukan kepada murtadin Al Jazair adalah hasil kongkrit dari penggabungan tersebut.
Aksi-aksi syahid mereka bahkan telah mereka publikasikan dalam situs-situs dan forum-forum jihad internasional. Misalnya di Forum Al Firdaus. Bahkan Forum Al Firdaus telah merilis video terjemahan Badr Al Magribil Islam, yang berisi serangan Mujahidin Al-Qaeda Al Jazair tersebut. Te Base, seorang administrator forum salafi jihadi Internasional Al Firdaus merilis terjemahan video Badr Al Magribil Islam pada tanggal 24 Desember 2007 lalu. Video ini sebelumnya telah dirilis oleh media mujahidin Magribil Islam (Al Jazair) dalam bahasa Arab.
Untuk melayani kaum muslimin dan penduduk dunia lainnya yang tidak mampu berbahasa Arab maka “The Base” seorang administrator sebuah forum salafi jihadi berhasil menterjemahkannya dalam bahasa Inggris.Video ini menggambarkan-subhanallah-dahsyatnya serangan mujahidin Al-Qaeda Aljazair atas penguasa sekuler setempat. Allahu Akbar!
International Jihad Analysis
Http://www.arrahmah.com
JIhad Magz Edisi 1