HEBRON (Arrahmah.id) – Pakar militer dan strategis Kolonel Hatem Al-Falahi menggambarkan operasi yang dilakukan oleh perlawanan Palestina terhadap pendudukan ‘Israel’ di sebelah barat Hebron di Tepi Barat selatan sebagai operasi yang kualitatif dan terencana dengan baik.
Ia mengatakan bahwa para pelaku mempelajari operasi tersebut dan mengandalkan informasi intelijen yang akurat dalam pelaksanaan dan penarikan pasukan ke lokasi yang aman.
Tiga polisi ‘Israel’ tewas pada Ahad pagi (1/9/2024), dalam serangan bersenjata terhadap sebuah mobil di pos pemeriksaan Tarqumiya di sebelah barat Hebron. Radio ‘Israel’ Kan mengatakan bahwa para pelaku melepaskan 11 peluru ke mobil yang menjadi sasaran di dekat pos pemeriksaan Tarqumiya.
Serangan Tarqumiya terjadi dua hari setelah operasi ganda yang terjadi di sekitar dua permukiman di utara Hebron dan mengakibatkan cedera pada 3 warga ‘Israel’, termasuk komandan Brigade Etzion.
Dalam komentarnya tentang operasi Hebron, Kolonel Al-Falahi menekankan bahwa pertempuran itu dipaksakan kepada perlawanan Palestina di Tepi Barat karena operasi militer yang telah dilancarkan tentara pendudukan di daerah tersebut selama lima hari.
Ia menegaskan bahwa jika faksi-faksi perlawanan ingin membuka front Tepi Barat setelah 7 Oktober, mereka akan melakukannya.
Waktu operasi militer ‘Israe’l di Tepi Barat menimbulkan banyak tanda tanya, menurut Kolonel Al-Falahi, yang menghubungkan waktu tersebut dengan proyek ‘Israel’ yang bertujuan – menurutnya – untuk mengakhiri keberadaan Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, dan memaksakan realitas baru yang menghalangi berdirinya negara Palestina. (zarahamala/arrahmah.id)