BEIRUT (Arrahmah.id) – Wakil kepala Hamas yang terbunuh, Saleh Al-Arouri, dimakamkan di kamp Palestina Shatila di Beirut pada Kamis (4/1/2024), di tengah kerumunan pelayat yang melontarkan tembakan-tembakan, demikian laporan Reuters.
Arouri terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak pada Selasa di pinggiran selatan Beirut, sebuah kubu kelompok bersenjata Lebanon yang bersekutu dengan Hizbullah, ketika ia bertemu dengan sekelompok orang Palestina dan Lebanon dari faksi-faksi yang beraliansi dengan Hamas.
Serangan tersebut secara luas dikaitkan dengan musuh bebuyutan Hamas, “Israel”. “Israel”, yang telah membombardir Jalur Gaza dalam sebuah perang yang bertujuan untuk memusnahkan Hamas yang memerintah daerah kantong tersebut, tidak mengonfirmasi atau menyangkal bahwa mereka telah membunuh Arouri.
Ketujuh orang yang menghadiri pertemuan di Beirut itu tewas. Tubuh beberapa orang, termasuk Arouri, terpecah menjadi beberapa bagian akibat serangan tersebut, sehingga menyulitkan persiapan pemakaman.
Dua orang Palestina -seorang anggota sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam dan seorang warga Palestina lainnya- yang terbunuh bersama Arouri, juga dimakamkan di Pemakaman Syuhada Shatila, yang merupakan pemakaman bagi warga Palestina, termasuk warga sipil, pejabat politik, dan kombatan.
“Palestina dan Lebanon mengucapkan selamat tinggal hari ini, bersama dengan rakyat bangsa, kepada orang-orang kuat yang bertempur di semua medan dan arah,” kata Kepala Hamas, Ismail Haniyeh, dalam sebuah pernyataan dari luar Lebanon, lansir MEMO (4/1).
Peti-peti jenazah mereka dibungkus dengan bendera Palestina dan dibawa oleh orang-orang yang mengenakan topi hijau dengan tulisan “Hamas” di bagian depan. Rentetan tembakan terdengar selama berjam-jam.
Kematian Arouri merupakan pembunuhan pertama yang ditargetkan terhadap seorang pejabat Hamas di luar wilayah Palestina sejak serangan mematikan kelompok Palestina itu terhadap “Israel” pada 7 Oktober lalu, yang memicu serangan “Israel” ke Gaza.
Para analis mengatakan bahwa ini juga merupakan pesan dari “Israel” kepada Hizbullah bahwa benteng utama mereka di pinggir kota Beirut pun dapat dijangkau.
Arouri (57), adalah salah satu pendiri Brigade Al Qassam, sebelum mengambil portofolio politik dalam beberapa tahun terakhir.
Meskipun kurang berpengaruh dibandingkan para pemimpin Hamas di Gaza, Arouri dipandang sebagai pemain kunci dalam gerakan ini, mendalangi operasinya di Tepi Barat dari pengasingan di Suriah, Turki, Qatar, dan akhirnya Lebanon setelah lama mendekam di penjara-penjara “Israel”.
Dia telah dipandang sebagai orang yang memperbaiki hubungan antara Hizbullah dan Hamas setelah keduanya mendukung pihak-pihak yang berlawanan dalam perang Suriah yang meletus pada 2011.
Kepala Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, menyalahkan “Israel” atas pembunuhan Arouri, dan mengatakan pada Rabu bahwa itu adalah “kejahatan besar dan berbahaya yang tidak bisa didiamkan”.
“Israel” telah lama menuduh Arouri melakukan serangan mematikan terhadap warganya, namun seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa dia juga “berada di jantung negosiasi” mengenai hasil perang Gaza dan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas, yang dilakukan oleh Qatar dan Mesir.
Di desa asal Arouri, Aroura, di Tepi Barat yang diduduki, jalan-jalan dihiasi dengan bendera dan spanduk Palestina untuk berkabung atas kematiannya dan puluhan orang berkumpul di sebuah aula dekat rumah keluarganya untuk menyaksikan pemakaman yang disiarkan secara langsung.
“Semua orang di Aroura menganggapnya sebagai anak mereka, juga semua orang Palestina,” kata saudara laki-laki Arouri, Salameh Al-Arouri, kepada Reuters. (haninmazaya/arrahmah.id)