Mohammad Jawad masih terus berjuang menata kembali hidupnya, hilangnya masa kanak-kanak dan remaja setelah selama tujuh tahun berada di Guantanamo, tempat yang terkenal paling “biadab” sedunia.
“Aku tidak melakukan apapun, mereka menangkapku tanpa alasan jelas,” ujar pemuda Afghan yang baru keluar dari Guantanamo beberapa waktu lalu.
Jawad ditangkap pada 2002 silam ketika ia berumur 12 tahun dengan tuduhan telah melemparkan granat ke arah konvoy tentara penjajah AS di Afghanistan.
“Mereka tahu aku masih dibawah umur, namun mereka tidak mempedulikan umurku.”
Pemuda ini pertama kali dikirimkan ke bandara Kabul sebelum akhirnya diterbangkan ke Guantanamo, dimana siksaan berat untuk dirinya dimulai.
“Terdapat banyak tekanan, aniaya yang dilakukan selama aku berada di Guantanamo,” ujar Jawad.
“Aku disiksa sepanjang waktu sampai aku dibebaskan.”
Ia menceritakan, dia harus melilitkan tangannya ke belakang tubuhnya, lalu para penjaga mengikat tangannya, matanya pun ditutup dan ia dipaksa makan dalam keadaan demikian.
“Mereka menghina agama dan Al-Qur’an kami, mereka menghina ummat Muslim dengan cara-cara tak berperikemanusiaan,” lanjutnya.
“Dan hal ini tidak hanya berlangsung satu hari, satu minggu atau satu bulan, tetapi terus-menerus.”
Setelah tujuh tahun berada di Guantanamo, kini Jawad telah kembali ke Afghanistan.
“Selama berada di sana, aku hanya bisa berdoa semoga suatu hari aku dapat kembali ke Afghanistan dan menemui ibuku,” ujarnya mengingat.
Jawad ditangkap saat ia berumur 12 tahun, ia hidup dengan ibunya, ayahnya telah syahid (Insha Allah) dalam peperangan melawan Soviet.
Ibunya tidak dapat mempercayai bahwa anaknya bisa kembali pulang.
Kerabat Jawad tidak ada yang mengetahui keberadaan Jawad hingga akhirnya ia kembali pulang.
“Kami mencarinya selama sembilan bulan penuh,” ujar Sher Khan Jalalkhil, teman dekat ayah Jawad.
“Kami sama sekali tidak tahu apakah ia masih hidup atau terbunuh, ditangkap atau hilang. Ibunya hampir gila.”
Ibunya mengetahui anaknya berada di Guantanamo setelah ia berbicara dengan salah satu anggota Palang Merah Internasional.
Setelah mengetahui itu, kekhawatirannya semakin menjadi-jadi, karena ia tahu bagaimana keadaan Guantanamo, apa yang dilakukan para penjaga terhadap tahanan di sana, dari pemberitaan dimedia.
“Aku belum memiliki rencana apapun,” ujar Jawad saat ditanya mengenai kelanjutan hidupnya. (haninmazaya/IOL/arrahmah.com)