WASHINGTON (Arrahmah.com) – Aktivis Uighur mengatakan mereka telah mendokumentasikan hampir 500 kamp dan penjara yang dijalankan oleh Cina untuk menahan Muslim Uighur. Dia juga menduga bahwa jumlah Muslim Uighur yang ditahan oleh Cina lebih banyak dari angka yang selama ini diungkap PBB yaitu satu juta orang.
Gerakan Kebangkitan Nasional Turkistan Timur, sebuah kelompok yang bermarkas di Washington yang mencari kemerdekaan bagi sebagian besar wilayah Muslim yang dikenal oleh Cina sebagai Xinjiang, mengatakan pada Selasa (26/11/2019) bahwa pihaknya menemukan 182 gambar-gambar dari Google Earth yang diduga sebagai “kamp konsentrasi” yang terdaftar dengan koordinat.
Kelompok tersebut juga mengatakan bahwa temuannya itu cocok dengan informasi di lapangan, bahkan mereka mengatakan bahwa mereka juga menemukan 209 penjara dan 74 kamp kerja paksa, yang nanti akan dibagikannya.
“Sebagian besar, ini belum diidentifikasi sebelumnya, jadi kita bisa berbicara tentang jumlah yang jauh lebih besar dari narasumber yang pernah ditahan,” kata Kyle Olbert, direktur operasi untuk gerakan tersebut, sebagaimana dilansir Al-Jazeera.
“Kami khawatir bahwa mungkin ada lebih banyak fasilitas penahanan yang belum dapat kami identifikasi,” katanya dalam konferensi pers di pinggiran kota Washington.
Anders Corr, seorang analis yang sebelumnya bekerja di intelijen AS dan kini menjadi penasihat kelompok tersebut, mengatakan sekitar 40 persen dari wilayah tersebut belum pernah dilaporkan sebelumnya.
Para pembela HAM umumnya memperkirakan bahwa Cina menahan lebih dari satu juta warga Uighur dan anggota etnis Turki yang mayoritas beragama Islam.
Tetapi Randall Schriver, pejabat tinggi Pentagon untuk Asia, mengatakan pada bulan Mei bahwa “kemungkinan ada sekitar tiga juta warga yang ditahan”, jumlah yang sangat fantastis, mengingat di Xinjiang hanya terdapat 10 juta orang.
Aktivis dan saksi mengatakan bahwa Cina menggunakan penyiksaan untuk menekan umat Islam agar meninggalkan ajaran agama mereka, seperti sholat dan menjauhkan diri dari babi dan alkohol.
Olbert menyebut apa yang kini dilakukan Cina sebagai genosida di dalam penjara. Mengingat tidak jelas batas waktu yang dijatuhkan kepada para tahanan Muslim Uighur.
“Jika mereka membunuh 10.000 orang dalam sehari, maka dunia akan mengecamnya, tetapi jika mereka hanya menjaga agar orang-orang itu (Muslim Uighur) tetap berada di dalam penjara dan membiarkan para tahanan itu mati secara alami, maka dunia tidak akan menyadarinya. Saya pikir itulah siasat yang tengah Cina lakukan,” katanya. (rafa/arrahmah.com)