DAMASKUS (Arrahmah.id) – Aktivis oposisi Suriah telah meluncurkan kampanye media sosial yang bertujuan untuk menghidupkan kembali revolusi negara itu dan menggulingkan rezimnya, menyusul meningkatnya pembicaraan tentang rekonsiliasi dengan Turki.
Itu terjadi setelah pertemuan Rabu (28/12/2022) di Moskow yang dihadiri oleh Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar dan kepala intelijen Hakan Fidan, serta Menteri Pertahanan rezim Ali Mahmoud Abbas dan direktur Biro Keamanan Nasional Ali Mamlouk.
Itu adalah pertama kalinya menteri pertahanan mereka bertemu sejak perang yang menghancurkan Suriah 11 tahun lalu. Ankara mendukung kelompok pemberontak dalam pertempuran tersebut.
Pihak oposisi melihat pertemuan yang juga dihadiri oleh Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu itu, sebagai titik awal untuk normalisasi dengan Turki, lansir Al-Araby Al-Jadeed.
“Karena kelemahan dan fragmentasi dari apa yang disebut oposisi politik dan militer, perjuangan rakyat Suriah dan darah orang-orang hebat ini menjadi tidak berharga di hadapan kepentingan negara, jadi saya tidak menyalahkan mereka,” kata aktivis Abdel Rahman Al-Khuder.
Komentarnya muncul dalam sebuah tweet di mana dia membagikan foto berita terbaru yang menyatakan bahwa Rusia mengatakan ada pertemuan antara rezim Suriah dan menteri pertahanan Turki.
“Saya berduka atas kondisi kami setelah satu dekade pengorbanan untuk mendapatkan kebebasan dan martabat dalam revolusi terbesar di dunia,” tambah Al-Khuder.
Banyak aktivis Suriah, baik di dalam maupun di luar negeri, telah berpartisipasi dalam kampanye online tersebut.
“Revolusi tidak pecah dan pengorbanan besar tidak dilakukan hanya untuk menyusun konstitusi baru atau mengubah konstitusi Assad,” cuit aktivis Darin Al-Abdullah.
“Sebaliknya, pecah untuk menghancurkan jalur politik yang sudah ketinggalan zaman dan membangun jalur politik baru yang layak untuk peradaban dan pengorbanan rakyat Suriah.”
Mahmoud Al-Hamawi, mantan tahanan rezim, mengatakan di Twitter bahwa ada kebutuhan untuk “memulihkan semua tanah Suriah dan menyingkirkan Assad, Iran, dan Rusia” dari negara itu untuk mengembalikan kebebasan dan demokrasi ke sana.
Rusia dan Iran adalah sekutu utama rezim yang kehadiran militernya sangat kuat di Suriah.