JAKARTA (Arrahmah.com) – Sejak Masjid Amir Hamzah yang berada di komplek Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta dibongkar oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, nyaris tak terdengar suara protes mahasiswa serta almamater Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Benarkah mereka cuek ketika tempat ibadahnya digusur?
“Kami bukan cuek. Ketika itu kami dijanjikan akan dibangun masjid yang lebih bagus. Selama ini, kami tidak tahu banyak tentang kabar kapan masjid yang dibongkar Pemprov DKI mendapat penggantinya. Boleh dibilang, kami hanya menunggu saja,” kata Daud, Ketua Mimazah, sebuah organisasi rohis mahasiswa Masjid Amir Mimazah beberapa waktu lalu (26/6/2015).
Didampingi rekannya sesama Rohis Mimazah, Daud mengatakan, “Saat ini kami masih menunggu informasi dari kepengurusan Masjid Amir Hamzah. Dan kami belum tahu perkembangannya, kapan masjid yang dijanji-janjikan Pemprov DKI tersebut akan dibangun. Setahu kami, pengurus masjid selalu memantau perkembangannya.”
Ketika ditanya, apakah mahasiswa merasa nyaman dengan keberadaan masjid yang saat ini berada di basement, sebagai pengganti sementara masjid yang dibongkar?
“Selama ini kami masih fleksibel saja. Yang jelas, kami sangat mendambakan masjid yang layak. Yang bisa kami lakukan saat ini adalah sebatas memakmurkan masjid. Kami tidak bisa berbuat apa-apa, karena pengambil keputusan ada di pihak yang berwenang, dalam hal ini Pemprov DKI.”
Sepengetahuan mahasiswa IKJ, jika melihat perencanaan pembangunan Taman Ismail Marzuki secara keseluruhan, bangunan masjid kabarnya akan dibangun di dekat pintu masuk TIM, bekas café yang bangunannya juga telah dibongkar. “Nantinya, masyarakat umum juga bisa shalat di masjid itu,” kata Muhammad Abdillah, Kepala Divisi Syiar Mimazah menambahkan.
Dikatakan Abdillah, Rohis Mimazah, yang bisa kita lakukan adalah mengajak mahasiswa lain untuk meramaikan masjid. “Rohnya dulu yang harus dibangun, agar para mahasiswa senang ke masjid. Setidaknya, meski tempatnya berada di basement, masjid ini tetap eksis dengan segala aktivitasnya. Mengingat banyak anggapan orang, mahasiswa IKJ pecinta kebebasan, padahal masih banyak juga yang percaya agama,” ujar Abdillah.
Selama Ramadhan, misalnya, Mimazah aktif mengadakan kegiatan keislaman seperti Tahsin dan tadarus Al Qur’an — setiap Zuhur, Asyar dan setelah shalat Tarawih. Aktivitas lainnya adalah menggalang dana untuk Palestina. “Insya Allah, bukan hanya di bulan Ramadhan saja, tapi juga di luar Ramadhan,” tandas Abdillah.
Menurut Abdillah, buat apa ada masjid jika sepi jamaahnya. Itulah sebabnya, Mimazah dan para aktivisnya berupaya mengajak insan IKJ di lingkungannya sendiri untuk meramaikan masjid. “Tentu saja, tetap ada keinginan sarana ibadah yang lebih bagus. Yang pasti, orang sudah familiar dengan keberadaan masjid yang sementara ini ada di basement.”
Sekali lagi, aktivis rohis membantah jika mereka dianggap cuek dan tidak pernah menagih janji Pemprov DKI Jakarta untuk membangun masjid sebagai pengganti masjid yang dibongkar.
“Kami protes belum tentu juga ada hasilnya. Saat ini, memang belum ada komunikasi dengan pihak rektorat. Dan kami juga tidak tahu perkembangan informasinya, kenapa pelaksanaan pembangunan masjid masih ditunda-tunda,” ungkap Abdillah. (islampos.com/arrahmah.com)