JAKARTA (Arrahmah.com) – Mungkin bagi para pegiat musik underground, khususnya punk/hardcore, yang mulai tertarik dengan isu-isu Islam tidak terlalu asing mendengar istilah Taqwacores. Awalnya istilah itu dikenal sebagai judul novel dan video dokumenter karangan Michael Muhammad Knight, tapi kini bisa dibilang Taqwacores menjadi semacam komunitas punk/hardcore yang ada di salah satu negara bagian di Amerika yang mengklaim diri mereka sebagai penganut agama Islam. Di dalamnya ada beberapa tokoh individu, grup atau band yang ‘katanya’ mengusung isu-isu seputar Islam.
Namun fenomena Taqwacores ini agaknya hanya dipahami oleh kebanyakan orang dari sisi kulitnya saja. Dikira cukup dengan tahu bahwa mereka sama-sama meneriakkan ‘Islam’, banyak pegiat underground Muslim di negeri ini ikut-ikutan memakai gambar-gambar artwork Taqwacores untuk profile picture mereka, menyablonnya di tshirt-tshirt, bahkan banyak yang ikut-ikutan memakai istilah Taqwacores untuk melabeli aktivitas dakwahnya. Padahal, tahukah Anda betapa banyak penyimpangan (bahkan perlawanan) yang dilakukan orang-orang Taqwacores terhadap prinsip-prinsip Islam yang telah fix (qadh’i)?
Berikut pemaparan penyimpangan Tqwacore menurut Aditya Abdurrahman, aktivis punk Muslim Indonesia, sebagaimana dilaporkan Konter Kultur pada Senin (2/2/2015).
Mengapa Taqwacores harus ditentang?
Pertama, Taqwacores bukanlah menjadi Islam sebagai gaya hidup, namun liberalisme-lah gaya hidup mereka, kemudian memakai alasan Islam adalah ‘agama rahmatan lil ‘alamin’ untuk menjustifikasi bolehnya merubah hukum Islam itu sendiri. Hukum Islam akhirnya disifati ‘tidak memaksa’ dan cenderung ‘boleh diubah’. Contoh kecil adalah beredarnya video pada Youtube dari komunitas ini yang mengganti panggilan adzan subuh dengan permainan gitar, dengan tajuk call for prayer. Pelakunya berpakaian ala punk (rambut mohawk dicat merah, jaket kulit penuh spike, telanjang dada (terlihat pusarnya), celana jeans lusuh dan sepatu boots) sambil tersenyum mengejek kepada seorang Muslim yang menegur bahwa adzan seperti itu adalah bid’ah (sesuatu yang baru yang diada-adakan yang bertentangan dengan syariat). Yang lebih parah, dalam video itu digambarkan ada seorang punk lainnya yang dengan santainya menghisap lintingan ganja sambil duduk-duduk disamping ‘muazin’ gitar itu.
Kedua, Taqwacores mendukung lesbianisme. Lihat saja dalam video mereka berjudul “Taqwacores: The Birth of Punk Islam”, didalamnya digambarkan ada pernikahan lesbian yang dilakukan oleh seorang wanita vokalis dari salah satu band di dalam komunitas ini. Tebakan saya pasti pemahaman mereka tentang pernikahan sejenis ini sama persis dengan pemikiran lesbian konyol asal Kanada yang pernah diusir dari negeri kita: Irshad Manji. Alasannya cukup untuk dikatakan bodoh ketika orang-orang seperti ini mengaitkan dengan argumentasi bahwa “Islam kan agama rahmat?”, “Allah kan Maha Pengasih dan Penyayang?”, “Tidak mungkin Allah menciptakan manusia lesbi dan homo tapi kemudian dilaknat?”, dan alasan lain yang sejenis. Jika ingin mendapatkan bantahan dari pernyataan-pernyataan konyol semacam ini, saya kurang tertarik untuk membahasnya dalam tulisan kali ini. Mungkin pada tulisan saya yang lain.
Ketiga, akhlak (attitude) mereka sama sekali tidak mencerminkan akhlak yang Islami. Saya adalah penentang keras bahwa Taqwacores adalah representasi Islam yang benar dan layak ditiru oleh generasi muda punk yang ingin hijrah kedalam Islam. Bagaimana mungkin bisa dikatakan berakhlak Islami jika kelakuannya urakan, tidak punya sopan santun, memaki-maki polisi dan tidak mau patuh aturan? Mereka menjunjung tinggi hawa nafsu mereka dan menghina fatwa-fatwa ulama. Mereka mengatakan “Tidak ada ulama dalam Islam! Otoritas berada di tanganmu sendiri!”
Keempat, penampilan fisik mereka mencampur-adukkan penampilan orang-orang kafir yang menyalahi syariat dengan simbol-simbol Islam. Misalkan memadukan burka/cadar dengan rok mini (lihat artwork dalam album mereka). Jika menggunakan piercing, tindik ditelinga, tatto, dan rambut mohawk. Penampilan seperti ini jelas bertentangan dengan gaya hidup Islam.
Masih banyak hal yang dapat dibedah dari karya-karya atas nama personal maupun komunitas Taqwacores ini jika dikaitkan dengan syariat Islam. Hampir seluruhnya tidak sejalan dengan agama Islam. Meski mereka mengaku sebagai seorang Muslim, tapi perbuatan mereka sangat mencitrakan keburukan bagi Islam itu sendiri. Dan akan menyesatkan banyak orang jika hal ini dibiarkan begitu saja.
Untuk mengetahui penjelasan lainnya, maka dapat dibaca pada tulisan berikutnya (bersambung). Insyaa Allah. (adibahasan/arrahmah.com)