OSLO (Arrahmah.id) — Aktivis perempuan Afghanistan yang berada di Norwegia, Hoda Khamosh, mengkritik deklarasi dukungan yang baru-baru ini dilakukan ribuan ulama atas kepemimpinan Taliban.
Dalam wawancaranya bersama AFP pada Ahad (3/7/2022), Khamosh mengatakan para ulama itu tidak mewakili suara rakyat Afghanistan.
“Pernyataan yang dikeluarkan atau berjanji setia kepada Taliban dalam pertemuan atau acara apa pun tanpa kehadiran setengah dari populasi negara, para wanita, tidak dapat diterima,” dalih Khamosh.
“KTT ini tidak memiliki legitimasi, validitas, atau persetujuan rakyat,” ujarnya.
Pada pertemuan itu, 3500 ulama dan tokoh seluruh Afghanistan berunding selama 3 hari. Mereka berjanji setia pada Taliban untuk tunduk sepenuhnya pada hukum syariah.
Sejak kembali berkuasa pada Agustus, Taliban teguh mengedepankan hukum syariah dan telah memberlakukan pembatasan ketat terhadap warga Afghanistan, terutama perempuan.
Anak gadis usia sekolah menengah telah dilarang melanjutkan pendidikannya, dan perempuan dilarang bekerja di instansi pemerintah, dilarang bepergian sendiri, dan diharuskan mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh, kecuali wajah mereka.
Taliban juga melarang memutar musik non-religius dan memerintahkan saluran TV untuk berhenti menayangkan film dan sinetron yang menampilkan wanita dengan busana minim. Untuk kaum prianya, harus mengenakan pakaian tradisional dan menumbuhkan janggut mereka. (hanoum/arrahmah.id)