ELDORET (Arrahmah.id) – Polisi Kenya telah menemukan mayat pegiat hak LGBTQ terkemuka Edwin Chiloba yang dimasukkan ke dalam kotak logam di bagian barat negara itu, menurut sumber media lokal.
Pengendara sepeda motor memberi tahu polisi setelah mereka melihat sebuah kotak dibuang di pinggir jalan dari sebuah kendaraan dengan plat nomor tersembunyi, lapor surat kabar The Standard dan The Daily Nation pada Jumat (6/1/2023), mengutip sumber polisi.
Jenazah Chiloba ditemukan pada Selasa (3/1) di dekat kota Eldoret di daerah Uasin Gishu, tempat dia menjalankan bisnis fesyennya, kata kelompok hak asasi independen Komisi Hak Asasi Manusia Kenya (KHRC).
“Dia dibunuh secara brutal dan dibuang di daerah itu oleh penyerang tak dikenal,” kata KHRC di Twitter. “Sungguh mengkhawatirkan bahwa kami terus menyaksikan peningkatan kekerasan yang menargetkan LGBTQ+ Kenya.”
Juru bicara Kepolisian Nasional Kenya Resila Onyango mengatakan dia akan berkomentar di lain waktu. Komandan Kabupaten Uasin Gishu Ayub Gitonga Ali menolak berkomentar.
“Kata-kata bahkan tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaan kita sebagai komunitas saat ini. Edwin Chiloba adalah seorang pejuang, berjuang tanpa henti untuk mengubah hati dan pikiran masyarakat terkait dengan kehidupan LGBTQ+,” kata GALCK+, sebuah kelompok hak asasi gay Kenya, di Twitter.
Di bawah undang-undang era kolonial Inggris, seks gay di Kenya dapat dihukum 14 tahun penjara. Hukum jarang ditegakkan tetapi diskriminasi sering terjadi.
Penelitian menunjukkan penerimaan terhadap homoseksualitas secara bertahap meningkat di Kenya, tetapi hal itu masih menjadi hal yang tabu bagi banyak orang. Dewan sensor film negara itu telah melarang dua film karena penggambaran kehidupan gay mereka dalam beberapa tahun terakhir.
Juni lalu, sejumlah pria queer Kenya mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka telah mengalami fobia rumah sakit umum dan bersedia mencoba alternatif berisiko, karena diskriminasi yang ditargetkan oleh dokter. (zarahamala/arrahmah.id)