IDLIB (Arrahmah.id) — Pekan ini, sejumlah aktivis di Idlib, barat laut Suriah, menjadi sasaran penyerangan bersamaan saat melakukan aksi protes yang menyerukan penggulingan pemimpin kelompok Hai’ah Tahrir asy Syam (HTS), Abu Muhammad al Jaulani.
Sebagian pihak menyebutkan penyerangan dilakukan karena aksi sudah ditunggangi oleh Hizbut Tahrir (HT), Jaysh al-Ahrar, dan Huras al-Din.
Dilansir Enab Baladi (19/4/2024), seorang aktivis yang terluka, Sharif (Abu Abd al-Hadi al-Halabi) yang berpartisipasi dalam demonstrasi saat ini, dicegat oleh orang-orang dari kota Sarmada, sebelah utara Idlib. Mereka menghancurkan mobilnya, memukulinya dengan tangan, dan salah satu dari mereka menikamnya dengan pisau. Beberapa waktu sebelumnya, dia merasa difitnah karena terlibat dengan kelompok yang dimusuhi HTS.
Selain itu, mobil aktivis media Mufeed Obeido diserang, dan kamera serta perlengkapan media dicuri. Aktivis tersebut mempublikasikan rekaman video yang memperlihatkan kondisi mobil pasca penyerangan.
Kapolsek Sarmada, Tahir al-Omar, mengatakan semua terjadi dimulai saat adanya tawuran antara pengunjuk rasa dengan warga sipil di Sarmada yang mengakibatkan satu orang luka-luka.
Setelah itu, patroli polisi menuju ke lokasi dan mencari pihak-pihak ayng bertanggung jawab atas kericuhan. Mereka yang terlibat akan ditangkap dan diserahkan ke pengadilan lapor Kementerian Dalam Negeri Pemerintahan Keselamatan Suriah.
Mantan ulama HTS, Abdul Razzaq al Mahdi memprotes kejadian tersebut dan berkomentar melalui Telegram, “Kami telah berulang kali menyebutkan bahwa tidak diperbolehkan menyerang demonstrasi yang damai dan disiplin. Apa yang menimpa saudara Sharif Abu Abd al-Hadi dan penikaman serta pemukulan adalah terlarang dan tidak diperbolehkan.”
“Kami adalah sekelompok orang dari Aleppo untuk gerakan revolusioner, kami menyerukan kepada rakyat agar melakukan protes dan menolak serangan kriminal terhadap rakyat,” ungkap pernyataan yang mengklaim mewakili gerakan revolusioner di Idlib dalam Telegram.
Sejak 26 Februari, HTS telah menghadapi sejumlah warga sipil, aktivis, personel militer, dan ulama yang menuntut penggulingan al Jaulani, dan menolak monopoli pengambilan keputusan serta dominasi kekuasaan. Beberapa dituduh terlibat HT, Jaysh al-Ahrar, dan Huras al-Din.
Pemicu demonstrasi sendiri dimulai saat isu operasi penyiksaan di penjara HTS dan kasus pembunuhan seorang anggota faksi militer yang kematiannya disembunyikan.
Demonstrasi tersebut kemudian ditanggapi dengan janji, reformasi, dan pertemuan intensif oleh Jaulani, pejabat Pemerintahan Keselamatan, dan Dewan Syura, termasuk amnesti umum bagi tahanan politik dengan syarat dan pengecualian.
HTS pun kemudian membentuk komite untuk mendengarkan penduduk setempat, menghilangkan biaya bangunan, dan memberikan dispensi juga keringan bagi sebagian pihak.
Tak lupa sejumlah reformasi pun dilakukan dengan membentuk dewan penasihat yang meninjau kebijakan umum dan strategis, memberantas korupsi, mencegah monopoli, dan mengaktifkan peran dewan lokal dan asosiasi profesional. (hanoum/arrahmah.id)