BEIRUT (Arrahmah.com) – Enam aktivis dan seorang jurnalis ditangkap pada Kamis (2/4/2020) setelah para aktivis itu menentang perintah karantina total (lockdown) yang diberlakukan di Libanon, mereka menggelar protes di depan sebuah bank di salah satu lingkungan tersibuk di Beirut.
Gerakan Pemuda untuk Perubahan, sebuah kelompok aktivis berideologi komunis, memposting sebuah video yang menunjukkan sekelompok kecil pemuda di luar Al-Mawarid Bank (AM Bank) di Jalan Hamra di Beirut barat, beberapa mengenakan masker dan beberapa tanpa masker, meneriakkan beberapa slogan. Kelompok itu mengatakan enam aktivis telah ditangkap, bersama dengan jurnalis Mohammad Nazzal, lansir Al Arabiya.
Video kedua menunjukkan para pendemo bentrok dengan sekelompok pria lain di luar bank.
Sejumlah demonstrasi telah digelar di seluruh Libanon dalam beberapa hari terakhir, yang menentang perintah lockdown untuk memperlambat penyebaran virus corona. Protes yang melanggar kebijakan pemerintah, telah dilakukan sebagian besar oleh penduduk daerah miskin, termasuk kota utara Tripoli dan pinggiran selatan Beirut, yang mengatakan mereka menderita sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang terhenti.
Bank telah ditutup selama lebih dari dua minggu sejak lockdown di seluruh Libanon dimulai, meskipun pemerintah mengatakan mereka dapat tetap terbuka untuk fungsi-fungsi penting.
Sebelum penutupan, bank semakin menjadi sasaran kemarahan publik karena pembatasan ketat pada penarikan dolar, yang telah memaksa warga yang perlu membayar sewa dan tagihan dalam dolar untuk membelinya dengan nilai tukar jalanan yang meningkat. Sementara tingkat resmi tetap dipatok pada 1,507 lira terhadap dolar, nilai tukar tidak resmi telah naik menjadi 2.800 terhadap dolar sejak akhir 2019. Penutupan bank telah semakin memperburuk situasi.
Serikat Jurnalis Alternatif, sebuah kelompok yang dibentuk dari pemberontakan politik di Libanon yang dimulai Oktober lalu, mengeluarkan pernyataan yang menyerukan pembebasan Nazzal dan para aktivis.
“Pada saat dunia menuju pengurangan kepadatan penjara, kami melihat otoritas Libanon bergerak ke arah yang berlawanan, karena meluncurkan kampanye penangkapan dan menempatkan kehidupan warga dalam risiko penularan virus melalui kontak dengan mereka,” kata pernyataan itu. (haninmazaya/arrahmah.com)