CANBERRA (Arrahmah.com) – Sejumlah aktivis anti-perang Australia mendesak negaranya untuk mengakhiri kerja sama militer dengan Amerika Serikat sebagai respon atas datangnya 200 pasukan AL AS di pangkalan militer Australia.
Pada hari Rabu (18/4/2012), Australian Anti-Bases Campaign Coalition (AABCC) dan sejumlah kelompok anti-perang lainnya meluncurkan sebuah jaringan baru untuk menentang usaha AS untuk mendirikan pangkalan militer di Australia dengan alasan bahwa hal tersebut hanya akan mengundang perang terhadap negaranya dan menambah kerugian bagi Australia.
Sejalan dengan kesepakatan antara Washington dan Canberra untuk mendirikan sebuah pusat pelatihan permanen di Australia, kloter pertama dari 2.500 Marinir AS sudah memasuki Darwin pada awal April dan mulai melakukan latihan dengan Angkatan Pertahanan Australia.
Marinir AS dijadwalkan melakukan perjalanan ke negara-negara lain di kawasan tersebut untuk melakukan pelatihan dan pada akhirnya membentuk Angkatan Udara, Laut, dan Darat bersama.
“Dalam hal keamanan, saya tidak bisa melihat alasan mengapa ada kebutuhan untuk mendirikan pangkalan tersebut, selain dari ambisi AS untuk memperluas kehadiran militernya di seluruh wilayah dan juga sebuah kontes gigantik antara Cina dan Amerika Serikat. Sementara Australia hanya akan terperangkap di tengah,” kata David Palmer dari Flinders University pada koresponden Press TV dalam sebuah wawancara.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh AABCC, setidaknya 85 persen warga Australia tidak ingin uang pajak mereka digunakan untuk militer. Meskipun demikian, anggaran tahunan militer Australia adalah 36 miliar dolar Australia, yang diperkirakan akan meningkat 4 sampai 5 persen setiap tahunnya selama 20 tahun ke depan. (althaf/arrahmah.com)