JALUR GAZA (Arrahmah.com) – Satu-satunya sumber tenaga listrik di Jalur Gaza dilumpuhkan seiring dengan terus dilakukannya blokade ketat oleh Zionis Israel yang berdampak pada tidak tersalurnya bahan bakar yang sangat dibutuhkan oleh warga Gaza.
Fasilitas ini dilumpuhkan pada hari Jumat (9/4), setelah seminggu terakhir Israel membatasi impor bahan bakar dan menolak untuk membuka perbatasan.
Salah seorang pejabat Palestina, Fattouh Raed, mengkonfirmasi penutupan sejumlah jalur lintasan di perbatasan dan diperkirakan sisanya akan ditutup total pada hari Sabtu.
Itu berarti warga Gaza harus hidup dengan pemadaman listrik selama tiga hari berikutnya hingga Israel, sang penjajah itu, mengizinkan pasokan bahan bakar diangkut ke Gaza untuk menghidupkan kembali pembangkit listrik.
Wakil Presiden Otoritas Palestina dalam urusan energi, Kanaan Ubeid, mengatakan empat generatornya tidak lagi berfungsi bersamaan dengan berkurangnya persediaan bahan bakar dari 2.200 unit per hari menjadi 750 unit.
“Bahkan jumlah ini tidak cukup untuk menjalankan satu generator,” kata Ubeid.
Satu-satunya pembangkit listrik di wilayah yang dicaplok Israel ini harus bergulat dengan kekurangan bahan bakar sejak Desember tahun lalu, ketika para pejabat Eropa menyerahkan bantuan bahan bakar untuk Otoritas Palestina atas permintaan Ramallah dalam bentuk gaji bagi pegawai sipil.
Ubeid menyangkal hal itu. Ia berdalih bahwa krisis listrik di Gaza diakibatkan oleh penutupan terminal transfer bahan bakar utama di Nahal Oz, sehingga impor bahan bakar telah turun setengahnya.
Jalur Gaza berada di bawah pengepungan Israel yang melumpuhkan segala aspek kehidupan warga Gaza sejak 2007 hingga saat ini. (althaf/ptv/arrahmah.com)