ADEN (Arrahmah.com) – Hujan lebat dan banjir di Yaman yang terjadi sejak pertengahan April berdampak pada 150.000 orang, kata PBB pada Jumat (1/5/2020).
Rumah, tempat berlindung, jalan dan jembatan rusak, pasokan air tercemar, dan layanan dasar seperti listrik terputus karena bencana, kata Jens Larke, juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), pada konferensi pers, sebagaimana dilansir Anadolu Agency.
Dia juga mencatat bahwa ibu kota Sanaa adalah kota yang paling parah terkena dampak bencana dan telah terjadi pemadaman listrik sejak 21 April di Aden.
Menggarisbawahi bahwa sumber air yang tercemar meningkatkan risiko wabah malaria dan kolera, Larke mengatakan, “Lebih dari 110.000 kasus kolera yang mencurigakan telah terdeteksi di Yaman sejak Januari tahun ini.”
Aden, ibu kota sementara di selatan negara itu, dinyatakan sebagai daerah bencana pada 22 April karena kehilangan dan kerusakan yang disebabkan oleh banjir.
Yaman telah hancur akibat konflik yang dimulai pada Maret 2015 setelah pemberontak Syiah Houtsi yang didukung Iran merebut ibukota Sanaa, dan memaksa Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi untuk meninggalkan negara itu.
Lebih dari lima tahun konflik telah menyebabkan ribuan warga sipil tewas dan 3,65 juta orang terlantar, ungkap data PBB.
Hampir setengah dari lebih dari 30 juta orang Yaman membutuhkan bantuan segera untuk mempertahankan atau menyelamatkan hidup mereka.
Program Pangan Dunia mengatakan bahwa terlepas dari bantuan kemanusiaan yang sedang berlangsung, setidaknya 15,9 juta orang kelaparan setiap hari. Diperkirakan, jika tidak ada bantuan makanan, jumlah ini akan mencapai 20 juta. (rafa/arrahmah.com)