JAKARTA (Arrahmah.com) – Penasehat Indonesian Polis Watch (IPW), Jhonson Panjaitan mengingatkan polisi, pengamat, para ahli yang sering berbicara teroris atau siapapun agar berhati-hati menyimpulkan kasus-kasus penembakan polisi.
Dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang ditayangkan stasiun televisi swasta Selasa malam (17/9/2013) dia meminta agar semua pihak berhati-hati berpendapat tentang peristiwa penembakan yang menewaskan 4 orang polisi akhir-akhir ini.
“Kalau kita terus menerus membangun di publik ini terutama lewat media masa, giliran ada penembakan selalu saja teroris-selalu saja teroris, jangan-jangan kita ini menjadi penterjemah yang gak benar dari satu peristiwa yang di stigma sebagai teroris kemudian kita diskusikan, sehingga kita memunculkan masage-masage yang sebenarnya teroris gak lakukan itu,” kata Jhonson.
Karena itu menurut Jhonson, aparat jangan mengulangi kesalahan aparat masa lalu tentang stigma buruk terhadap suatu kelompok. “Divisi Humas jangan mengulangi kesalahan dinas penerangan Angkatan Darat di masa lalu. Jadi jangan sampai Kadiv Humas Mabes (Polri red) berbeda bicaranya dengan Humasnya Polda Metro Jaya. “
Dia juga menyebut bahwa persoalan polisi sekarang ini banyak dan ruwet. “Polisi sekarang mengalami akumulasi persoalan yang mengakar,” ujar Jhonson
Sehingga sangat boleh jadi banyak orang yang menjadi musuh polisi dan berani untuk membunuhnya. Bukan hanya dari suatu kelompok yang selama ini telah mendapat stigma dari aparat yang dipublikasi lewat media massa.
Dia mencurigai kelompok narkoba dan geng motor adalah kelompok yang cukup berani membunuh polisi. “Hampir di seluruh dunia kalau polisi menghajar mafia narkoba selalu ada serangan balik,” sebut Jhonson.
Dia mengkritik begitu mudahnya mulut-mulut pengamat itu menyebut teroris, tanpa mendalami kompleksitas persoalan. “Kenapa kita selalu saja mengatakan ini teroris-ini teroris,” ujar Jhonson.
Jhonson yang sering hadir di meja hijau untuk mendampingi kliennya mengatakan bahwa mayoritas kasus hukum pidana adalah Narkoba. “Hampir 60-70%itu kasus-kasus yang diadili adalah kasus-kasus Narkoba dan itu anak-anak muda. Apakah ini bukan sebuah potensi?”
Dia juga menambahkan, “Atau pertanyaan saya yang lebih tajam lagi, karena saya kenal pemain-pemainnya apakah geng motor yang anak SMP yang di Pekanbaru itu bukanlah orang yang potensial menjadi orang-orang yang melakukan pembunuhan terhadap polisi? Jangan salah!”
Karena itu dia juga berpesan agar aparat tidak mengulangi kesalahan aparat masa lalu. “Jangan diulangi kesalahan lama yang membuang kesalahan akibat ketidakmampuan mengungkap dengan stigma-stigma yang tidak benar,” pungkasnya.
(azmuttaqin/arrahmah.com)