JAKARTA (Arrahmah.com) – Penyidik Bareskrim Mabes Polri dikirim ke Ambon, Maluku, guna mengusut penyebab tewasnya seorang tukang ojek, Darfin Saimen, yang diduga menjadi pemicu kerusuhan di Ambon.
“Tim penyidik Polri sudah dikirim ke Polda Maluku. Ada 13 orang dipimpim kombes pol,” ujar Kadiv Humas Polri, Jakarta, Selasa (13/9/2011).
Selain menyelidiki tewasnya tukang ojek tersebut, para penyidik Polri itu juga akan membantu penyelidikan kerusuhan.
“Sudah bekerja. Tentu dalam rangka penegakan hukum. Semua yang terjadi di sana akan dilidik, disidik, untuk diproses secara hukum,” kata Anton.
Seusai menemui Kabareskrim Komjen (Pol) Sutarman, Sekjen Forum Umat Silam (FUI) Al Khathat juga mendapatkan penjelasan yang sama.
“Kita sampaikan ke Kabareskrim, tidak mungkin kecelakaan, karena badannya memar-memar. Katanya, tim akan melakukan otopsi ulang unuk ditelisik kembali,” ujar Al Khathat.
Sementara itu Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) meminta pemerintah bertindak tegas, dan cepat untuk mengatasi konflik horizontal di Kota Ambon. Jika pemerintah lamban, ketidakpuasan makin membekas dan menyebabkan keresahan kian luas.
HMI berpendapat konflik yang terjadi di Ambon, dan di seluruh penjuru Nusantara, tak terlepas dari kesalahan pemerintah dalam menangani serta menjaga pertahanan dan keamanan negara.
“Konflik di Ambon yang mulai meluas, pada dasarnya hanyalah tindak kriminalitas murni individu. Lalu, mengapa pemerintah tampak lamban serta terkesan tidak mau menyelesaikan konflik itu,” ujar Ketua Umum PB HMI Noer Fajrieansyah kepada Tribunnews.com saat berbincang di Hotel Michle Angelo, Vatikan, Selasa (13/9).
HMI juga meminta Gubernur Maluku Brigjen (Purn) Karel Albert Ralahalu agar turun tangan meredam konflik. Pasalnya HMI mencurigai keganjilan di balik rusuh Ambon merupakan upaya pengalihan isu yang tengah didengungkan organisasi kemahasiswaan.
“Informasi yang kami dapat dari HMI Cabang Ambon, dua hari sebelum kejadian, kawan-kawan aktifis Organisasi Kemasiswaan yang tergabung dalam Kelompok Cipayung (HMI, PMKRI, PMII, GMNI, GMKI) turun ke jalan mendemo “rekening gendut” gubernur. Besoknya, aktifis kembali aksi turun jalan untuk perkara serupa. Mengapa tiba-tiba ada keributan, dan mengapa aparat keamanan tidak bertindak tegas?” tanya Fajrie.
Terkait kerusuhan tersebut, Angkatan Muda Pattimura (AMP), organisasi yang berisi kaum muda Maluku, menyesalkan konflik yang terjadi di Ambon. Mereka berharap warga Maluku tidak terpancing isu-isu, yang dapat memecah belah persatuan, sehingga peristiwa 1999 kembali terulang.
Ketua Umum AMP Rido Tutuiha, saat jumpa pers di Hotel Fiducia, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (13/9), mengatakan bahwa peristiwa Ambon 1999 telah meninggalkan kenangan pahit bagi banyak warga Maluku, ia mengatakan tidak ada satu orang Maluku yang berharap tragedi tersebut terulang.
Rido berpendapat konflik yang terjadi saat ini di Ambon diduga karena sebaran informasi yang tidak akurat yang diterima masyarakat oleh orang-orang yang memanfaatkan situasi.
“Warga Maluku harus kompak dimanapun berada, karena kita semua saudara satu bangsa,,” imbau Rido.
Dia berharap aparat kepolisian dapat mengusut tuntas pelaku sekaligus pemicu kerusuhan di Ambon, hal tersebut terutama agar konflik tidak lagi terulang, dan masyarakat mengerti duduk perkaranya. Selain itu ia juga berharap para tokoh masyarakat dan adat setempat turun tangan untuk merangkul seluruh warga guna meredam dan menjaga keamanan di Ambon. (dbs/arrahmah.com)