KHARTOUM (Arrahmah.com) – Ratusan demonstran bekerja untuk membersihkan batu bata dan puing-puing pada Jum’at (17/5/2019), setelah dewan militer menuntut agar penghalang jalan yang melumpuhkan beberapa wilayah di Khartoum dibongkar sebelum pembicaraan mengenai badan transisi baru dapat dilanjutkan.
Dewan, yang mengatakan bahwa keamanan di ibukota telah memburuk, membekukan pembicaraan dengan oposisi dan menuntut agar oposisi yang menggerakkan aksi unjuk rasa, membersihkan jalan-jalan di ibu kota dari blokade, jika ingin melanjutkan pembicaraan.
Masalah ini adalah yang tersulit, mengenai pembicaraan untuk mendirikan pemerintahan transisi yang terdiri dari militer dan sipil, setelah Presiden yang berkuasa selama tiga dekade digulingkan pada April lalu.
Agar pembicaraan bisa terjadi, ketua dewan militer, Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan, menuntut agar para pendemo membongkar penghalang jalan, membuka jembatan dan jalur kereta api yang menghubungkan ibu kota dan menghentikan provokasi pasukan keamanan.
Pada Jum’at (17/5) dini hari, ratusan demonstran sambil meneriakkan slogan-slogan revolusioner, meruntuhkan penghalang jalan di Nile Street, jalan utama, yang melumpuhkan pusat kota Khartoum.
“Kami telah menghancurkan batu bata. Tetapi jika mereka tidak menanggapi permintaan kami, maka kami akan membawa batu bata itu lagi,” kata pengunjuk rasa Sumeya Abdrahman kepada AFP sementara para demonstran lainnya membersihkan puing-puing.
Seorang koresponden AFP yang melakukan tur di daerah itu melihat lalu lintas mobil kembali normal di Nile Street.
Para pengunjuk rasa mendirikan barikade untuk menekan penguasa militer ketika perundingan dimulai pada Senin lalu, tetapi penghalang jalan memicu bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan menurut saksi. (haninmazaya/arrahmah.com)