Oleh: Dr. H. Abdul Chair Ramadhan, S.H., M.H
(Arrahmah.id) – Pada mulanya penulis mengelompokkan dua jenis ideologi transnasional yakni, “ideologi berwarna” dan “ideologi tidak berwarna”. Pada yang tersebut pertama, ideologi ini didasarkan adanya pengaruh aliran keagamaan yang membentuk ideologi.
Dengan demikian penyebutan “berwarna”, sebab bernuansa religius transendental. Dapat ditemui pada ideologi Syiah Iran, Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan al-Qaeda. Pada yang tersebut belakangan keberlakuannya didasarkan atas pemikiran ekonomi dan politis belaka.
Di sini sama sekali tidak ada pengaruh aliran keagamaan. Dengan kata lain aliran keagamaan tidak turut mewarnai ideologi. Oleh karena itu disebut “tidak berwarna”. Ideologi ini diwakili oleh komunisme dan kapitalisme (neoliberal).
Letak perbedaannya kedua ideologi tersebut dapat dilihat dari paradigma relasi hubungan antara agama dengan negara. Pada ideologi transnasional berwarna, antara agama dan negara merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (integralistik). Adapun ideologi transnasional tidak berwarna adalah kebalikannya, yakni memisahkan keduanya secara absolut (sekularistik).
Ideologi transnasional – baik yang berwarna maupun yang tidak berwarna – sejatinya merupakan ancaman yang bersifat nirmiliter (asimetris). Keberadaannya telah mampu menggeser kekuatan militer (hard power) atau peperangan simetris menjadi peperangan yang bersifat asimetris. Keberlakuannya tidak menggunakan metode serangan secara frontal, melainkan dengan menggunakan isu-isu ideologis, politik, hukum, ekonomi, sosial-budaya, dan teknologi informasi.
Pada prinsipnya, kedua ideologi tersebut merupakan ancaman terhadap Ketahanan Nasional.
Perkembangan lingkungan strategis global dewasa ini telah memunculkan ideologi baru dan keberlakuannya melampaui kedua ideologi sebelumnya. Ideologi baru ini tidak sama dan tentunya tidak sebangun dengan kedua ideologi transnasional di atas. Keberadaannya mendahului ideologi berwarna dan ideologi tidak berwarna.
Penulis menamakannya, “Ideologi Iblis”. Perlu ditegaskan di sini, baik ideologi berwarna maupun tidak berwarna adalah satu kandungan dengan Ideologi Iblis. Lebih tegas lagi, ketiga ideologi tersebut dilahirkan satu pihak yakni, Illuminati Zionis.
Selanjutnya, ideologi berwarna dan tidak berwarna merupakan ancaman yang bersifat asimetris. Demikian itu berbeda dengan Ideologi Iblis. Tampilnya Ideologi Iblis, bukan saja ancaman nirmiliter, namun juga dengan tindakan militer. Kemampuannya tidak hanya terbatas pada dikotomi barat dan timur, tetapi menjangkau keduanya. Ancaman Ideologi Iblis ditujukan bagi semua negara, semua agama, dan semua umat manusia.
Patut diketahui, bahwa gerakan Ideologi Iblis telah berhasil menghancurkan Ottoman Turki, dan telah pula membawa berbagai negara terlibat dalam peperangan hingga meletusnya Perang Dunia II.
Tidak sampai disitu, keberhasilan mendirikan negara Israel telah mampu menjinakkan negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia tersenut. Begitu juga lembaga-lembaga internasional seperti PBB, IMF, WTO, dan Word Bank. Kesemuanya itu berada di bawah kendali mereka.
Lobi-lobi yang dilakukan oleh agen Zionis – utamanya dengan Amerika dan Inggris – menjadikan invasi militer Israel terlindungi. Padahal agresi tersebut telah melanggar Hukum Humaniter Internasional. Penyerangan sudah melampaui batas kemanusiaan dengan pembantaian massal yang brutal dan keji. Penderitaan yang berkelanjutan akan menghapus eksistensi rakyat Palestina. Pada saat yang sama, kebiadaban tentara Israel dengan sengaja dibiarkan.
Pembiaran terhadap agresi militer Israel akan ada ujungnya dan itu pasti adanya. Ideologi Iblis pada akhirnya akan sirna, saat terjadi Perang Akhir Zaman (Armageddon).
Perang ini akan menyisakan 70 ribu orang Yahudi Ashbahan. Sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dajjal diikuti Yahudi Ashbahan sebanyak 70 ribu. Mereka mengenakan jubah hijau.” (HR. Muslim).
Sebagai catatan, Ashbahan atau Isfahan adalah kota terbesar Yahudi di Iran. Daerah itu ditengarai sebagai pusat pembangkit nuklir Iran pada masa kini. Pertanyaan seriusnya, apakah pengikut Dajjal itu adalah penganut Syiah Iran yang notabene ideologi transnasional berwarna? Jawabannya terdapat dalam artikel, “Dua Imam Mahdi dan Perang Dunia Ketiga” yang tersebar dalam internet. Pada intinya, Syiah Iran memang sedang menunggu Dajjal dan menuhankannya.
Dajjal sebagai “tuhan yang ditunggu”, akan musnah di tangan Nabi Isa as. Makar Zionis Israel dan Ideologi Iblis telah berakhir. Zionis Israel “satu warna” dengan Iblis dan pengikutnya. Para “penjahat bumi” itu memenuhi neraka. Penuh siksa dan mewarnai penderitaan yang kekal lagi abadi. Semoga kita terhindar dari makar Illuminati Zionis.
Jakarta, 23 Juli 2024.
(ameera/arrahmah.id)