(Arrahmah.com) – Pada akhir 1970-an, Uni Soviet mengirim puluhan “penasihat” ke Afghanistan. Pada awal 1980-an, penasihat ini berubah menjadi ratusan ribu tentara yang bertempur dalam perang disana, yang pada akhirnya membawa Uni Soviet bertekuk lutut.
Hari ini, Rusia tidak bisa lagi menjaga rahasia atas fakta bahwa mereka memiliki “penasihat” di Suriah. Bahkan lebih jauh lagi, kapal perang Rusia telah mendarat di pelabuhan Suriah, serta pesawat tempur Rusia dan helikopter juga terlihat di lapangan udara Suriah. Akun media sosial telah menunjukkan gambar tentara Rusia ada di Suriah. Bahkan ada laporan bahwa Rusia sedang membangun sebuah pangkalan militer besar di Suriah.
Jumlah sebenarnya tentara Rusia dan sejauh mana keterlibatan mereka dalam pertempuran di Suriah masih belum jelas. Jika ada sejumlah besar tentara Rusia di Suriah, kehadiran mereka tidak akan bisa dirahasiakan.
Tentara Kremlin di Suriah tampak seperti “jempol sakit” (akan sangat mencolok). Bahkan di timur Ukraina – dengan banyak kesamaan ciri-ciri budaya, bahasa, etnis, dan agama – Moskow secara spektakuler telah gagal menjaga rahasia tentang kehadiran pasukannya.
Misi Rusia di Suriah
Ketika Presiden AS Barack Obama mengatakan bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad “harus pergi”, ia tidak melakukan apa pun untuk mendukung kata-katanya; tetapi ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Assad akan tetap berkuasa, ia melakukan segalanya untuk mendukung kata-katanya.
Kelemahan Obama dan kemauan Putin untuk menunjukkan kekuatan telah menyebabkan Suriah menghadapi situasi seperti saat ini.
Tujuan utama Rusia di Suriah adalah mempertahankan rezim Assad. Jika Assad lengser, Rusia akan kehilangan pangkalan angkatan laut satu-satunya di Laut Mediterania di kota pelabuhan Tartous. Karena hanya itulah pelabuhan Rusia di Mediterania – dan satu-satunya tumpuan di Timur Tengah – ini akan menjadi pukulan besar bagi Moskow.
Jika Assad jatuh dari kekuasaan, Rusia tidak akan pernah mengontrol Suriah seperti dulu lagi. Putin tahu ini. Oleh karena itu, kemungkinan Moskow akan habis-habisan membantu menopang pertahanan Assad di wilayah sekitar Latakia – di mana itu adalah basis kekuatan Assad. Dan beruntung bagi Putin, ini juga tempat pangkalan angkatan laut-nya berada.
Spoiler Timur Tengah
Putin melihat Timur Tengah sebagai wilayah papan catur globalnya yang dapat berfungsi sebagai spoiler kebijakan Barat. Jauh di lubuk hati, Putin tidak peduli jika Timur Tengah terbakar atau jika ribuan orang mati. Untuk Putin, persepsi kegagalan AS di Timur Tengah merupakan kemenangan baginya. Menjaga sebuah pangkalan angkatan laut Rusia hanyalah bonus tambahan.
Assad senang menjadi tuan rumah bagi Rusia, tidak peduli berapapun biayanya
Telah bayak sorotan bahwa Iran adalah penjamin utama kelangsungan hidup rezim Assad. Meskipun Teheran memainkan peran penting dalam hal ini, tetapi seharusnya tidak dilebih-lebihkan.
Sementara Iran mendanai perang di Suriah menggunakan proxy, hanya Rusia yang memiliki sumber daya nasional dan kemampuan ekspedisi militer untuk memberikan campur tangan yang berarti dalam menopang rezim.
Lebih penting lagi, untuk Damaskus, hanya Moskow yang memiliki hak untuk memveto di Dewan Keamanan PBB yang dapat menunda, mem-blok, atau menggagalkan upaya internasional yang dapat mengakibatkan kejatuhan Assad.
Rusia bertindak, Barat bereaksi
Obama percaya bahwa mengatakan sesuatu adalah sama dengan melakukannya – dan menyampaikan pidato adalah sama dengan menerapkan kebijakan. Ini adalah perbedaan utama antara Obama dan Putin, dan antara Barat dan Rusia.
Ini adalah tema umum antara Barat dan Rusia di seluruh dunia: Dengan perkembangan terakhir di timur Ukraina, pengujian NATO, kesepakatan nuklir Iran, dan sekarang, pasukan darat Rusia di Suriah, jelas bahwa Rusia memiliki strategi untuk mencapai tujuan nasionalnya. Sedangkan Barat tidak.
Sampai ada kepemimpinan yang nyata di Barat, tujuan yang jelas didefinisikan, dan strategi yang koheren dan terpadu dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut, Rusia akan terus bermanuver di sekitar Barat di tempat-tempat seperti Ukraina dan Suriah.
Berapa banyak darah Rusia dan harta yang disediakan Putin untuk menopang Assad dan menjaga pangkalan angkatan laut di Suriah masih harus dianalisa; tapi satu hal yang pasti: saat ini Rusia memainkan permainan mematikan di Suriah.
Meskipun situasi di Suriah, dalam banyak hal, berbeda dari Afghanistan pada akhir tahun 1970 dan ’80 -an, ada beberapa persamaan mencolok antara tambahan eskalasi Soviet di Afghanistan dan apa yang Rusia lakukan hari ini di Suriah. Sebelum orang-orang Rusia menyadari apa yang sedang terjadi, “penasihat” akan cepat berubah menjadi tentara, dan tentara akan cepat dikirim pulang dalam kantong mayat.
Dengan ekonomi Rusia yang compang-camping, harga minyak turun, dan konflik yang belum berakhir di timur Ukraina, apakah Putin benar-benar mampu menjalankan petualangan militer lainnya di luar negeri?
Jawabannya adalah dia bisa, tapi orang-orang Rusia yang miskin tidak bisa.
Analisa ini ditulis oleh Lukas Coffey, seorang peneliti yang mengkhususkan diri dalam bidang keamanan transatlantik dan Eurasia, think-tank yang berbasis di Washington DC, dipublikasikan pada Al-Jazeera dan diterjemahkan oleh Middle East Update. Sebelumnya Coffey menjabat sebagai penasihat khusus untuk menteri pertahanan Inggris dan perwira di Angkatan Darat Amerika Serikat.
(*/arrahmah.com)