WASHINGTON (Arrahmah.com) – Departemen Pertahanan Amerika Serikat sedang meninjau ulang doktrin serangan militer ‘preemptive’ pemerintahan Bush yang mengizinkan Washington untuk menyerang negara-negara yang diyakini akan menjadi ancaman di masa yang akan datang.
Dunia menjadi semakin kompleks dibanding tahun 2002 ketika mantan presiden George W. Bush mengumumkan kebijakan tersebut, kata Kathleen Hick, deputi strategi pertahanan.
Kebijakan masih dikaji, dan jika doktrin tersebut dirasa tidak lagi sesuai untuk keadaan sekarang, maka Pentagon akan mencabutnya dalam Quadrennial Defense Review, tambahnya.
“Kami benar-benar ingin memperbarui kita doktrin militer untuk mulai memperhitungkan sikap selanjutnya untuk itu,” kata Hicks pada hari Kamis (15/10).
Dalam upacara kelulusan Akademi Militer West Point tahun 2002, Bush mengumumkan doktrin serangan pembuka untuk membuka jalan agar bisa menginvasi Irak tahun 2003 di atas dalih bahwa negara tersebut menyimpan senjata pemusnah massal.
Washington telah menghabiskan miliaran dolar untuk peperangan di Afghanistan dan Irak yang tidak lagi popular, namun tetap saja tidak mampu menangani militansi yang terus meningkat di negara-negara tersebut.
Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh COngressional Research Sevices memperlihatkan bahwa AS menghabiskan biaya sebesar $3,6 miliar per bulan di Afghanistan sejak invasi AS dimulai tahun 2001.
Selain itu, banyak tentara AS dan NATO tewas dalam wilayah perang dan tidak sedikit warga sipil yang harus kehilangan hidupnya dalam perang Afghanistan dan Irak yang telah berlangsung selama hampir satu dekade. Banyak orang juga terpaksa untuk mengevakuasi rumah mereka.
Kongres menuntut pemerintah agar melaporkan strategi keamanan nasional setiap tahunnya, dan untuk itu Pentagon pun perlu menilai kembali kebijakan-kebijakan dan berbagai doktrin perang setiap empat tahun.
Administrasi Obama akan membeberkan doktrin keamanan untuk pertama kalinya sebagai bagian dari pengkajian Pentagon, yang akan diberikan kepada Kongres pada bulan Februari tahun depan.
Para pengamat mengatakan Obama mungkin akan mempertahankan doktrin warisan Bush ini untuk melancarkan agenda perang melawan terorisme di masa depan, meskipun berdalih untuk mempersempit penggunaannya agar tidak terlihat sebagaimana kebijakan luar negeri Bush yang terkenal ‘jahat’. (althaf/prtv/arrahmah.com)