ROMA (Arrahmah.id) — Kepala Badan intelijen Israel Mossad, David Barnea, dilaporkan telah tiba di Roma, Italia, untuk membahas proposal perdamaian dengan kelompok perlawanan Palestina Hamas dalam serangan militer ke Gaza, Palestina. Hal ini dilaporkan oleh media Israel, Yedioth Ahronoth (28/7/2024).
Dilansir Anadolu Agency (29/7), Barnea diperkirakan akan bergabung dalam pertemuan puncak dengan direktur CIA William Burns, Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, dan kepala intelijen Mesir Abbas Kamel. Dikatakan bahwa Israel telah mengajukan proposal terbaru ke Washington untuk kesepakatan dengan Hamas.
“Barnea tiba di Roma untuk berpartisipasi dalam pertemuan puncak empat pihak untuk membahas gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera dengan kelompok Palestina Hamas di Gaza,” lapor media itu.
Pertemuan ini sendiri terjadi setelah muncul laporan Israel mempersulit negosiasi.
Seorang pejabat Barat, seorang warga Palestina, serta dua sumber Mesir yang berbicara kepada Reuters, mengatakan Israel mau setiap warga Gaza Utara yang ingin kembali ke rumah saat perdamaian tercapai melewati proses pemeriksaan lebih lanjut.
Hal ini disebabkan karena Tel Aviv khawatir para warga Gaza ini dapat menjadi penyokong sel Hamas yang kemungkinan belum berhasil dilumpuhkan.
“Para negosiator Israel menginginkan mekanisme pemeriksaan bagi penduduk sipil yang kembali ke Gaza Utara, di mana mereka khawatir penduduk ini dapat mendukung pejuang Hamas yang masih bertahan di sana,” kata pejabat Barat yang terlibat dalam pembicaraan itu.
Hal lain yang menjadi perdebatan adalah tuntutan Israel untuk mempertahankan kendali atas perbatasan Gaza dengan Mesir. Kairo menolak hal ini karena dianggap berada di luar kerangka kesepakatan akhir yang diterima oleh musuh-musuh.
“Tak hanya itu, Israel juga menolak untuk menarik pasukan mereka dari sebidang tanah sepanjang sembilan mil (14 km) di sepanjang perbatasan dengan Mesir yang disebut oleh Israel sebagai koridor Philadelphia,” tambah para sumber itu.
Di sisi lain, kunjungan Barnea juga terjadi saat pihak Amerika Serikat (AS) dan Israel mengatakan telah terjadi langkah signifikan dalam perdamaian antara Tel Aviv dengan Hamas. Beberapa pekan lalu, PBB meloloskan resolusi perdamaian yang diinisiasi Presiden AS Joe Biden, yang membagi proses kesepakatan dalam tiga tahap.
“Ada beberapa hal yang kami butuhkan dari Hamas, dan ada beberapa hal yang kami butuhkan dari pihak Israel. Dan saya pikir Anda akan melihat hal itu terjadi di sini selama minggu mendatang,” kata pejabat tersebut.
Namun progres ini ditolak mentah-mentah oleh Hamas. Kelompok itu menyebut AS berusaha menutupi tindakan Netanyahu yang sebenarnya ingin merusak kesepakatan tersebut
“Netanyahu masih menunda-nunda. Sejauh ini tidak ada perubahan dalam pendiriannya,” kata pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri, yang tidak mengomentari secara langsung tuntutan Israel tersebut.
Israel telah menewaskan lebih dari 39.300 warga Palestina sejak serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas, di sisi lain, telah menewaskan 1.200 orang, dan membuat 250 warga Israel disandera.
Sejauh ini, kelompok bersenjata tersebut memulangkan 110 tawanan Israel. Tel Aviv kemudian juga membebaskan beberapa tahanan Palestina selama gencatan senjata tujuh hari yang berakhir pada tanggal 1 Desember. (hanoum/arrahmah.id)