SURAKARTA (Arrahmah.com) – Meskipun telah ada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, dalam kurikulum tahun ajaran 2012/2013 Pancasila akan tetap dimasukkan sebagai mata pelajaran wajib di seluruh tingkatan sekolah. Hal tersebut telah disepakati oleh DPR dan pemerintah pada rapat awal Juni lalu.
“Pancasila akan masuk kurikulum di semua tingkatan sekolah. Dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, dan kalau perlu sampai perguruan tinggi,” ujar anggota Komisi Pendidikan DPR, Dedy Gumelar di sela temu pelajar di Surakarta, Ahad (19/6/2011) lalu.
Dedy menjelaskan keberadaan pelajaran Pancasila tidak dimaksudkan untuk menggantikan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang sebelumnya sudah ada, tetapi Pancasila akan jadi pelajaran tersendiri. Hal ini terkait para pemimpin bangsa menilai bahwa saat ini Indonesia harus kembali ke nilai-nilai Pancasila.
Dedy berpendapat hilangnya nilai-nilai Pancasila dari masayrakat salah salah satu faktor yang menyebabkan carut marutnya kondisi bangsa. Bahkan Pancasila dianggap sebagai visi untuk menentukan arah perjalanan bangsa.
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, dan agama dinilai sangat membutuhkan Pancasila sebagai pemersatu bangsa. Dengan dimasukkannya Pancasila ke dalam kurikulum, pemerintah berharap Indonesia menjadi lebih baik di masa depan.
Dedy mengklaim bahwa generasi muda yang memahami dan mengamalkan Pancasila akan membawa Indonesia bangkit dari keterpurukan.
Sejak dicanangkannya Pancasila sampai sekarang pembangunan Indonesia hanya sebatas pembangunan fisik. Sementara moral korupsi, kolusi, nepotisme, seks bebas, perilaku amoral, mafia hukum makin bertambah setiap harinya. Tidak ada pengurangan dalam pelanggaran moral di masyarakat , yang ada adalah generasi plagiator dengan mentalitas rendah terus dipupuk oleh gaya hidup yang disesuaikan oleh tuntutan pasar global.
Inilah wajah suatu bangsa yang tidak mengedepankan syariat Allah dalam segala struktur kehidupannya. Visi dan misi nya hanya terfokus pada mengejar kehidupan duniawi. Bahkan ketika Pancasila dijadikan pelajaran wajib yang disuguhkan seminggu empat kali sekalipun, tak akan merubah bangsa ini jika tidak dibarengi dengan perubahan siginifikan terhadap pendalaman aqidah dan Ahklak yang bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah. Mari kita buktikan. (ans/rasularasy/arrahmah.com)