DAMASKUS (Arrahmah.com) – Harakah Ahrar Syam mengeluarkan pernyataan dalam menanggapi laporan negatif yang dirilis oleh Amnesti Internasional di mana faksi pejuang di Suriah tersebut dituduh telah melakukan kejahatan perang.
Pernyataan itu mengungkapkan kebencian yang mendalam terhadap laporan yang fokus pada kasus luar biasa yang masih dalam penyelidikan, dan mengabaikan dukungan warga serta perilaku baik yang ditunjukkan para pejuang, meskipun kondisi yang keras dan beberapa kemungkinan, sementara tidak menerbitkan laporan serupa terkait kejahatan rezim Asad di wilayah yang sama, lansir ElDorar AlShamia pada Kamis (14/7/2016).
Pernyataan Ahrar Syam mengatakan bahwa tuduhan Amnesti tidak berdasarkan bukti, menambahkan bahwa ruang operasi Jaisyul Fath bukan kelompok atau faksi (seperti yang disebutkan dalam laporan Amnesti), melainkan ruang operasi militer dengan beberapa faksi pejuang di dalamnya yang berbeda dalam proyek-proyek dan kebijakan mereka, dan bahkan pusat-pusat penahanan mereka.
Pernyataan itu juga menolak laporan Amnesti yang mengaitkan antara Ahrar Syam dengan Jabhah Nushrah “seolah-olah mereka satu hal, dan ini bertentangan dengan realitas dan kebenaran,” dan harakah juga menolak pernyataan yang mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan delegasi untuk pembicaraan Jenewa dan tidak terlibat dalam hal itu.
Ahrar Syam juga membantah tuduhan oleh Amnesti terkait penghancuran gereja dan penculikan orang-orang Kristen di kota Idlib dan memaksa mereka untuk masuk Islam atau meninggalkan provinsi, mengatakan bahwa perlindungan terhadap minoritas di daerah yang dibebaskan sesuai dengan etika dan prinsip-prinsip Islam.
Amnesti mengeluarkan sebuah pernyataan pada 5 Juli 2016 yang menyatakan bahwa Harakah Ahrar Syam, Jaisyul Islam, Jabhah Syamia, Brigade Sultan Murad, Brigade Batalion Fastqem dan Harakah Nuruddin, Brigade 13 dan Brigade 16, Brigade Abu Amarah telah melakukan kejahatan perang. (haninmazaya/arrahmah.com)