JAKARTA (Arrahmah.com) – Kepala Biro Ops Polda Metro Jaya, Kombes Pol Daniel Pasaribu mengatakan, di wilayah hukumnya terdapat 54 titik daerah rawan kejahatan, diantaranya, 38 di Jakarta dan sisanya di daerah penyangga.
“Di titik-titik tersebut, kerap terjadi kejahatan jalanan, seperti pencurian kendaraan bermotor dan pencurian rumah kosong,” ujar Daniel saat dihubungi Harian Terbit, Jumat (30/1/2015).
Daniel juga menyebutkan, titik rawan kejahatan di wilayah Ibu Kota itu biasanya terdapat di perempatan terminal, stasiun, pelabuhan, dan tempat-tempat umum.
Untuk mengantisipasi tidak kriminal itu, Direktorat Reserse Kriminal Umum (Diteskrimum) Polda Metro Jaya menyiapkan sedikitnya 300 personel polisi berpakaian preman untuk memantau titik-titik rawan kejahatan tersebut.
Bahkan, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan jika pihaknya akan mengerahkan penembak jitu atau sniper jika memang dibutuhkan.
Namun, hasil survei yang dikeluarkan Economist Intelligence Unit mengenai kondisi Jakarta sebagai kota tidak aman di dunia berbanding terbalik dengan kenyataannya saat ini.
“Secara kasat mata, kita lihat masyarakat masih beraktifitas, bahkan pada malam hari keramaian masih terjadi,” ujar Martinus, Jumat (30/1/2015).
Martinus menyatakan, dengan realita yang terjadi di Jakarta saat ini, dipastikan Jakarta masih dalam kondisi aman dan belum perlu untuk mengerahkan penembak jitu seperti yang diwacanakan Gubernur DKI Jakarta.
“Dalam memberikan rasa tenang dan aman, polisi ada dan selalu hadir di tengah-tengah masyarakat itu saja sudah cukup,” ujar Martinus.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sesumbar ingin menggunakan penembak jitu, alias sniper untuk memberantas preman di DKI Jakarta.
Hal itu dikatakan Ahok lantaran Jakarta masuk dalam Kategori kota kota tidak aman di dunia. (azm/arrahmah.com)