Ahmad Soboh dan Tala adalah pengantin muda Palestina yang baru menikah pada September 2013 lalu di kota Beit Lahiya, dekat perbatasan Jalur Gaza. Saat menikah, Ahmad berusia 15 tahun, sementara Tala satu tahun lebih muda darinya.
Sehari sebelum pernikahan Ahmad dan Tala, orang-orang berkumpul dan bergembira untuk calon pengantin muda ini di jalan tak jauh dari perbatasan antara Jalur Gaza utara dan “Israel”.
Ahmad merayakan pesta sederhana sehari sebelum pernikahannya. Setelah itu dia bermain bersama teman-temannya di jalan itu sambil menikmati minuman dingin.
Keesokan harinya, pasangan muda ini menggelar pernikahan mereka di rumah yang masih mengalami kerusakan akibat serangan udara penjajah “Israel” lima tahun lalu di Gaza.
Hari itu, terlihat Ibunda Ahmad membantunya mengenakan pakaian pernikahannya.
Setelah resmi menikah, Ahmad memandang Tala yang tanpa membuka hijabnya, berkata kepada suaminya, “Mari kita tersenyum dan abadikan gambar kita”.
Seorang fotografer Reuters yang tertarik dengan pernikahan pasangan muda ini pun mengabadikan beberapa gambar pengantin muda Palestina ini.
Ahmad hanyalah seorang pembersih jalanan yang bekerja bersama ayahnya dengan pendapatan £3 per hari. Namun kondisi yang demikian sulit justru telah mendewasakan Ahmad hingga dia siap menjadi seorang suami dan kepala rumah tangga di usianya yang begitu muda.
Bukan hanya Ahmad yang “tertuntut” untuk dewasa menghadapi kondisi di Gaza. Tala, istrinya pun demikian. Ia harus segera beradaptasi dengan keluarga Ahmad di rumahnya yang hanya memiliki 3 buah kamar dan berbagi dengan 9 kerabatnya di rumah itu.
Setelah pernikahannya dengan Ahmad, baktinya pada sang suami Tala lakukan dengan mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan terampil. Ia menyapu, mencuci, dan bekerja di dapur untuk Ahmad.
Namun demikian, kesehariannya tidak melulu berkisar pada pekerjaan rumah. Tala juga menikmati hari bersama Ahmad. Mereka makan bersama, sesekali Tala bahkan menyuapi suaminya itu.
Kebahagiaan Ahmad dan Tala juga terlihat tatkala keduanya menikmati hari bersama dengan pergi ke pantai yang tak jauh dari rumah mereka. Untuk menuju ke sana, mereka hanya perlu naik kendaraan roda dua semacam gerobak yang ditarik oleh seekor kuda. Di pantai, pasangan pengantin muda ini tertawa, berjalan bergandengan tangan, keduanya terlihat begitu menikmati kebersamaan mereka.
Pernikahan antar remaja merupakan hal yang biasa di Gaza. Dari 17.000 pernikahan yang terdaftar di sana tahun lalu, sekitar 35% pengantin berusia di bawah 17 tahun. Banyak orang tua mempelai wanita meyakini bahwa putri-putri mereka lebih mudah beradaptasi dengan suaminya dan keluarga suaminya pada usia tersebut.
Gaza telah berada di bawah blokade penjajah “Israel” sejak 2006 lalu. Hal ini membuat warga Gaza mengalami kesulitan ekonomi.
Blokade itu telah membatasi impor dan ekspor ke dan dari Jalur Gaza serta telah menyebabkan krisis kemanusiaan dan kesulitan yang berat bagi warga Gaza.
Banyak warga Gaza yang berusaha dengan pekerjaan sekedarnya untuk menghidupi keluarga mereka.
Bagaimanapun, hal itu tidak menyurutkan semangat warga Gaza untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga mereka.
Penjajah biadab “Israel” kerap mengusik ketenangan warga Gaza. Kabar terbaru bahkan menyebutkan bahwa pesawat tempur penjajah zionis “Israel” kembali menggempur beberapa lokasi kelompok perlawanan di Jalur Gaza pada Selasa (1/7/2014) dini hari.
Sumber-sumber keamanan di Gaza mengatakan pesawat-pesawat tempur “Israel” melancarkan lebih dari 30 kali serangan udara ke Jalur Gaza dalam waktu yang hampir bersamaan. Serangan udara itu disertai dengan tembakan artileri berat dari pasukan darat “Israel” dan tembakan rudal dari kapal-kapal perang “Israel”.
Serangan massif dari darat, laut dan udara itu kembali menimbulkan kehancuran bangunan-bangunan pada wilayah-wilayah yang menjadi target serangan “Israel”. Laa hawla walaa quwwata illa billah.
(banan/arrahmah.com)