Oleh : *Ahmad Khozinudin*
Sastrawan Politik
(Arrahmah.com) – Pada Rabu (4/11) penulis mendapat kiriman video dari channel youtube Front TV. Didalamnya melalui pidato Imam Besar Habib Rizieq Shihab, dikabarkan akan pulang ke Indonesia pada hari Senin, 9 November 2020 jam 19.30 waktu Saudi. Habibana akan terbang ke Indonesia dengan pesawat Saudia dengan nomor penerbangan SV 816 dan diperkirakan akan tiba di Jakarta hari Selasa, 10 November 2020 pukul 9 pagi di Bandara Soekarno-Hatta di Terminal 3.
Sejumlah agenda kegiatan di tanah air pasca kepulangan telah disusun rapih. Beberapa agenda silaturahmi perpisahan di Mekah dengan sejumlah orang Indonesia di sana, telah pula dilakukan.
Kabar ini tentu merupakan kabar gembira dan sangat membahagiakan. Meskipun tidak persis, kepulangan Habibana Muhammad Rizieq Shihab akan disambut layaknya Rasulullah Saw ketika memasuki kota Madinah.
Seluruh Umat Islam Indonesia akan bergembira, melantunkan tasbih, tahmid dan istighfar, melantunkan sholawat terhadap Nabi Saw, untuk menyambut kepulangan dzuriyat Rasulullah Saw. Akan banyak hadir tokoh dan kalangan yang mengiringi kepulangan beliau Rahimahullah.
Orang-orang akan berdiri, menyerukan salam dan selamat atas kepulangan, termasuk tokoh-tokoh munafik, seperti Abdullah bin Ubay Bin Salul yang turut menghadiri penyambutan Rasulullah Saw di Madinah. Ketika itu Rasulullah Saw diangkat menjadi kepala Negara Islam yang pertama di Madinah.
Posisi Hanibana Muhammad Rizieq Shihab juga pemimpin bagi kaumnya, hanya saja kepemimpinan Habibana hanya kepemimpinan spiritual dan politik non negara. Berbeda dengan kedatangan Rasulullah Saw di Madinah sebagai pemimpin spiritual dan kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
Meskipun demikian, posisi habibana selaku pemegang kepemimpinan materiil ditengah Umat, yakni kepemimpinan yang mendapat legitimasi kepercayaan alamiah dari Umat, bukan kepemimpinan karena proses Pemilu, akan sangat menentukan corak pertarungan politik di negeri ini. Rezim zalim, tentu tak akan ridlo dengan kepulangan ini.
Karena itu, sejumlah kriminalisasi akan ditempuh, sejak kriminalisasi melalui opini dan tentu saja akan ditindaklanjuti secara faktual, jika dukungan publik diraih. Karena itu, umat Islam wajib melakukan counter opini agar semua upaya yang dilakukan rezim untuk mengkriminalisasi Habibana, tidak memiliki legitimasi publik.
Terlepas dari semua itu, kepulangan Habibana Muhammad Rizieq Shihab akan mengubah corak baru perjuangan umat Islam di Indonesia. Kepulangan beliau, akan menambah spirit untuk melawan segala bentuk kezaliman dan menambah semangat untuk menegakkan keadilan.
Akan banyak pengajian, sejumlah silaturahmi, dan berbagai interaksi ditengah umat dimana Habibana menjadi magnet pengikatnya. Konsolidasi persatuan umat akan semakin matang, kekuatan yang dihimpun dari persatuan umat akan menghasilkan dobrakan politik yang signifikan.
Marhaban Ya Habibana, Ahlah Wa Sahlan. Kami merindukan mu, kami telah siap mendengar untuk menyimak petuah mu. Kami, telah rindu dalam lautan manusia, bershalawat atas Rasulullah Muhammad Saw, bersamamu, bersama para ulama lainnya, bersama para habaib, bersama umat Islam Indonesia.
(ameera/arrahmah.com)