GAZA (Arrahmah.com) – Ahlam Mahmoud Al-Khalidi, gadis kecil berusia 1,5 tahun, mengungkapkan kerinduannya kepada ayahnya dengan caranya sendiri.
Dia selalu melekatkan wajahnya pada foto ayahnya yang diperbesar dan menciumnya sepanjang hari.
Bayi mungil itu tidak tahu apa yang terjadi pada ayahnya. Dia hanya tahu bahwa foto itu adalah wajah ayahnya. Bahwa dia adalah orang yang dicintainya di hati kecilnya. Karenanya dia terus menciumnya setelah ciuman-ciuman ayahnya meninggalkan kedua pipi mungilnya.
Lelaki yang ada dalam foto tersebut adalah Mahmoud Al-Khalidi, pemuda berusia 25 tahun yang gugur dalam pemboman sebuah rumah warga yang dilancarkan oleh pesawat tempur pendudukan Israel.
Rumah tersebut biasa dia lewati dalam perjalanannya menuju tempat kerja di toko roti Al-Yaseen di pintu masuk kamp pengungsi Al-Bureij.
Mahmoud memiliki peran utama dalam keluarganya. Karena dia adalah putra tertua. Dia memiliki tujuh saudara perempuan dan dua saudara laki-laki. Dia yang mengurus urusan mereka dan menunaikan banyak tanggung jawab untuk ibunya setiap hari.
Ahlam berlari-lari, berputar-putar di dalam rumah sambil berulang kali menyentuh foto-foto ayahnya, Mahmoud.
Dia bertukar pandang dengan neneknya, Nyonya Ahlam, dan kemudian mencium foto ayahnya kembali sambil tersenyum.
“Putraku kesayangan dan harta yang berharga di hatiku. Akan tetapi bom penjajah Israel merenggut nyawanya tanpa rasa bersalah. Hari itu adalah saat terakhir dia di rumah. Dia menyiapkan makanan untuk makan siang. Lalu dia keluar dan gugur syahid dalam pemboman yang dilancarkan pesawat penjajah Israel di sebuah rumah dalam perjalanan ke tempat kerja,” kata ibu Mahmoud, sebagaimana dilansir Pusat Informasi Palestina, Rabu (2/6/2021).
Sang ibu mengatakan, pemboman penjajah Israel tersebut mengubah gadis hidup Ahlam menjadi yatim. Mahmoud meninggalkan istrinya yang hamil lima bulan.
“Putra saya adalah orang yang penuh kasih. Dia selalu ceria dan merawat sembilan putra dan putri saya. Dia adalah pencari nafkah utama bagi keluarga saya. Dia memikul tanggung jawab besar, dan dia selalu memenuhi kebutuhan adik-adiknya,” lanjut sang Ibu.
Ahmed, saudara laki-laki Mahmoud, yang sekarang menggantikan peran kakaknya.
Dia terkenang kakaknya saat menyaksikan Ahlam di halaman rumah saat dia mencium foto ayahnya setelah dia pergi dan tidak akan kembali.
Kala itu, Ahmed bergegas untuk melihat dua rumah yang dibom oleh pesawat tempur penjajah Israel dengan tujuh rudal di kamp pengungsi Al-Bureij.
Dia ikut mengangkut para korban yang terluka dan yang gugur bersama dengan dengan paramedis. Dia tidak tahu bahwa kakaknya adalah salah satu dari korban yang gugur.
“Mahmoud mendengar suara pengeboman dan mencoba berlindung di dekat salah satu rumah, tetapi pengeboman itu menghantam rumah yang sama dengan tempat dia berdiri. Tubuhnya terbang terlempar dan dia terluka parah,” tutur Ahmed mengatakan, lansir Kepada Pusat Informasi Palestina.
Ketika mobil ambulans tiba, ambulans tersebut membawa 4 orang yang terluka, termasuk seorang lelaki tua, seorang bayi perempuan, seorang pemuda dan seorang wanita, dengan luka sedang hingga ringan.
“Pemboman itu mengakibatkan empat orang terluka dan seorang gugur yang tidak diketahui identitasnya. Mereka membawanya ke rumah sakit, dan jasadnya didiamkan selama 3 jam, tanpa identitas. Ketika kami memeriksa keberadaannya, kami tidak menemukannya di toko roti tempat dia bekerja, atau dengan teman-temannya, jadi saya bergegas ke rumah sakit, dan mengenalinya dari ikat pinggangnya,” lanjut Ahmed.
Pecahan peluru dari rudal penjajah Israel merobek kepalanya, membuat wajahnya tidak bisa dikenali, dan melukai kaki kanannya.
Luka robek di kaki kiri dan pecahan peluru di perutnya, membuat kesulitan untuk mengidentifikasi tubuhnya.
Rekan-rekan Mahmoud memberi tahu Ahmed, setelah insiden kematiannya. Mereka mengatakan, Mahmoud sempat berjabat tangan dengan para pekerja toko roti dan memeluk mereka di jam-jam terakhir hidupnya.
Mahmoud kemudian bercerita tentang kekejaman agresi penjajah Israel. Mahmoud pamit pulang untuk istirahat dan mengatakan akan kembali lagi.
(ameera/arrahmah.com)